Nabi Musa as
Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Quran
Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Quran
Pengutusan Nabi Musa
Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok bani Israil telah menetap di daerah
Mesir setelah bermigrasi dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama
tauhid yang berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan
para fir'aun yang menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman,
petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.
Para fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama
kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil
dengan siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalam firman Allah, "(ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka
menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang
besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas
kelahiran Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana
firman Allah, "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).
Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).
Janji Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun
memperbolehkan istrinya mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi
tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan menyuruhnya agar menyusui sang
bayi.
Musa dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun
dan pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan
hikmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa
seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani
Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan
memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan
orang Mesir yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan
lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan
memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang
Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui
kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim
pasukan mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun,
salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah
mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa
pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan
Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi
Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan
tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan
salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke mesir setelah
beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam
saat Allah hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada
saat itu, malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejauhan.
Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka
karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia
sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah.
Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya,
Harun sebagai pendampingnya.
Allah memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur
lemah lembut saat memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga
diperintahkan untuk mengatakan kepada Fir'aun, "Kami adalah utusan
Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan jangan siksa
mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk."
Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1"
Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai
mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun
lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli
sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan
menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas
melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan
ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan
syariat Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai
ancaman Fir'aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an,
"Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia
mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan
kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih
kekal (adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras
menyiksa bani Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan
jiwa dan bersabar. Dia kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan
adzab yang pedih kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami
kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air
minum berubah menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka
tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).
Ketika Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan
adzab yang menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa
kepada Allah untuk menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji
tidak akan lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada
Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun,
Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua
kalinya.
Sementara itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan
Nabi Harun agar dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan
Nabi Harun pun membawa kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an
melewati Sinai. Fir'aun beserta bala tentaranya mengejar mereka. Namun,
Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan
mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya
juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan
Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir
negeri Sinai. Setelah melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan
negeri sungai Nil yang subur (Mesir), mereka mengajukan berbagai
permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah menerima Taurat. Di
dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng,
terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu.
As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi
sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk
disembah.
Nabi Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin
menjadikan sebuah pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi
menuju kota Ariha (Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata
seperti termaktub dalam al-Qur'an, "Mereka berkata, 'wahai Musa,
sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di dalamnya,
karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah kalian
berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah
membalasnya dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40
tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi
Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan
bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena
itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian
membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota
Ariha dan tinggal di sana.
Jasad Fir'aun (Mineptah bin Ramses II)
Prof. Afifuddin Thabbarah menyebutkan bahwa Mineptah bin Ramses II
menggantikan kepemimpinan ayahnya. Dialah Fir'aun yang kepadanya Musa
diutus Allah untuk mengeluarkan bani Israil dari Mesir. Dia pula yang
mengejar Musa ke laut hingga dia tenggelam bersama pasukannya. Jasadnya
masih utuh hingga saat ini. Allah berfirman, "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu," (QS. Yunus [10]: 92).
Mayatnya ditemukan pada galian-galian di makam Amenhotep II. Saat
ini, jasadnya berada di museum Mesir. Penulis berhenti sejenak untuk
melihat jasadnya dan memohon kepada Allah agar terhindar dari akhir
kehidupan yang buruk. Pantas disebutkan bahwa peninggalan makam Mineptah
tidak dipersiapkan layaknya pemakaman untuk raja seperti dia. Sebab,
kematiannya tidak diperkirakan hingga tidak disediakn kuburan khusus.
Piramid
Para fir'aun Mesir meyakini kekekalan jiwa dan kehidupan kedua
setelah kematian. Karena itu, mereka sangat memerhatikan pembangunan
makam dengan beragam bentuk. Contohnya, mashtabah (makam yang digali
berbentuk kursi teras dari batu); bangunan bertangga seperti Piramida
Saqqarah, makam berbentuk seperti Piramida di Giza.
Piramida selalu terdiri dari beberapa lorong dan ruangan yang tidak
berjendela. Di salah satu ruangan rahasianya terdapat makam Fir'aun.
Selain itu, ada juga pemakaman yang dipahat di batu. Bagian pertama
piramida berbentuk ruang bawah tanah dengan banyak tikungan, turunan,
dan tangga lalu bercabang ke berbagai tempat. Pada salah satu ruangan,
secara rahasia diletakkan jasad. Setelah para arkeolog mengungkap
berbagai penemuan yang terus berkembang, mereka telah mampu menemukan
semakin banyak mumi berbalsem. Namun, ilmu modern masih kesulitan untuk
memecahkan rahasia ilmiahnya.
Ringkasan Kisah Musa
Nabi Musa dan Nabi Harun diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke
jalan yang benar. Beliau merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat,
dan bersaudara dengan Nabi Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan
Ramses Akbar sang Firaun.
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah
terpengaruh oleh paranormal kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun
bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, kecuali kaum Israel,
sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke
tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia
memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki,
maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu
dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa
dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa
ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian
membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki,
Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: "Jangan membunuh anak
ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak
kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak." Dengan kata-kata dari
istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tetapi tidak seorang pun yang
dapat menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui.
Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan
membesarkannya di istana Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: "Maka Kami
kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka
cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya."
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi
tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata:
"Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku."
Istrinya berkata: "Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan
belum mengetahui apa pun." Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa
tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama
Musa sendiri diberi keluarga Firaun. "Mu" berarti air dan "sa" adalah
tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
Musa mendapat julukan Kalimullah yang artinya orang yang diajak
bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah,
dialog antara seorang hamba yang sangat dekat dengan Sang Kekasih Yang
Maha Pengasih. Namun, melihat julukan yang diberikan oleh Allah pada
diri Musa, tampaknya Musa memang satu-satunya Nabi yang memperoleh
keistimewaan itu.
Pada satu peristiwa Musa meninjau sekitar kota dan kemudian beliau
melihat dua laki-laki sedang berkelahi, yang seorang dari kalangan Bani
Israel bernama Samiri dan seorang lagi bangsa Mesir, bernama Fatun.
Melihat perkelahian itu, Musa mau melerai mereka, tetapi ditepis Fatun.
Tanpa sengaja Musa lalu mengayunkan satu batu ke atas Fatun, dan Fatun
tersungkur kemudian meninggal dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon
ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: "Musa berdoa:
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena
itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun
disebabkan Musa dan berita itu disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun.
Akhirnya mereka akan menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil
keputusan keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan,
akhirnya, beliau sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu'aib di timur
Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib beberapa lama, kemudian menikah
dengan anak gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami
istri di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam
perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari
jauh, beliau melihat api, lalu terpikir ingin mendapatkannya untuk
dijadikan obor penerang jalan. Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk
mendapatkan api itu. Sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan
api menyala pada sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon tersebut.
Ini membingungkannya dan ketika itu beliau mendengar suara wahyu
daripada Tuhan: "....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan
semesta alam."
Kemudian Allah berfirman lagi: "Dan lemparkan tongkatmu, kemudian
tongkat itu menjadi ular, Musa mundur tanpa menoleh. Wahai Musa
datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang
yang aman." Tongkat menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu
adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.
Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran
lain, sehingga Firaun memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua
mukjizat Musa. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban,
ada antara mereka melempar tali lalu menjadi ular. Namun, semua ular
yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal dari tongkat
Musa.
Firman Allah: "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang."
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua
mukjizat tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian pengikut Firaun,
termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Hal ini membuat
Firaun marah, sehingga menghukum mereka semua.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah marah, mengejar mereka dari belakang, akhirnya Firaun dan pengukitnya (tentaranya) mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: "Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan."
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebagian pengikutnya
dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab
Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa. Sewaktu bermunajat,
Musa berkata: "Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku
dapat melihatMu." Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihatKu,
tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya
seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku." Musa terus
memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit
itu hancur. Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuhnya lalu pingsan.
Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata:
"Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan
aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu." Sewaktu bermunajat,
Allah menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, kitab itu
berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci segala
panduan ke jalan yang diredhai Allah.
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak
akan meninggalkan mereka lebih dari 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda
10 hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa
karena Musa tidak segera kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuat
mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berpikir
keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam
keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka
bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia
juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan
kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat sapi betina dari emas. Dia
memasukkan segumpal tanah, dan patung itu dijadikan Samiri bersuara.
Kemudian Samiri berseru: "Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak
ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang,
mari kita sembah anak sapi yang terbuat dari emas ini. Ia dapat bersuara
dan inilah tuhan kita yang patut disembah."
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak
sapi. Beliau marah dengan tindakan Samiri. Firman Allah: "Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:
wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu suatu janji yang
baik. Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki
supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, karena itu kamu melanggar
perjanjianmu dengan aku."
Musa bertanya kepada Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran:
"Berkata Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri, Samiri
menjawab: Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka
aku ambil segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam
patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku."
Kemudian Musa berkata: "Pergilah kamu dan pengikutmu dariku, patung
anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut, sesungguhnya
engkau akan mendapat siksa."
Bertemu dengan Khidir
Ditengah-tengah kutbah Musa dihadapan Bani Israil, ada salah seorang
yang bertanya kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada manusia yang
paling pandai saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang yang pandai
dimuka bumi ini. Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha Mendengar
siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah langsung
menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang
lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia sangat
terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu
hambaMu yang lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku
bisa ditemui disuatu tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah
awal pencarian Musa untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya
yang kita kenal dengan Nabi Khidir.
Kisah Musa dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Musa as, disebutkan sebanyak 136 kali, antara lain seperti berikut ini.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 9-12, Firman Allah SWT :
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu
berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini),
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu".
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu;
sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 17-24, Firman Allah SWT :
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah
tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) denganya untuk
kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat
itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan
mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke
ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad,
sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar, Pergilah
kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas".
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 25-36, Firman Allah SWT :
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih
kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Melihat (keadaan) kami". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa."
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 37-41, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain,
yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,
Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke
sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil
oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu
kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah
pengawasan-Ku, (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia
berkata kepada (keluarga Firaun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu
orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu,
agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh
seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah
mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun
diantara penduduk Mad-yan, kemudian kamu datang menurut waktu yang
ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 42-50, Firman Allah SWT :
Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan
janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua
kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan
ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan
bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua
khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah:
"Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani
Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya
kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami)
dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang
mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa
siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.
Berkata Firaun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata:
"Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 59-73, Firman Allah SWT :
Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di
hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalahan naik". Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu
mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka:
"Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah,
maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi
orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan
tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan
percakapan (mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah
benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan
sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka
himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah
dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada
hari ini. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa
(pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang
yang mula-mula melemparkan?" Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian
melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,
terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir
mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "janganlah
kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan
lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa
yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu,
dari mana saja ia datang". Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur
dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun
dan Musa". Berkata Firaun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah
pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya
aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara
bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada
pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di
antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". Mereka berkata:
"Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang
nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang
telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia
ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia
mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan
kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih
kekal (azab-Nya)".
Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 19-25, Firman Allah SWT :
Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh
keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak
membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?
Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah
seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian". Dan datanglah
seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk
membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu". Maka keluarlah Musa
dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia
berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu".
Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi):
"Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar". Dan tatkala ia
sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpa di sana sekumpulan orang
yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpa di belakang orang
banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa
berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu
menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami
adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum
ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat
yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan
sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Kemudian datanglah
kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan,
ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan
balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala
Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita
(mengenai dirinya), Syuaib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu".
Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 26-32, Firman Allah SWT :
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang baik". Dia (Musa) berkata: "Itulah
(perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang
ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas
diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan". Maka
tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat
dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata
kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api
itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan".
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah)
pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari
sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah,
Tuhan semesta alam. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat
itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia
seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.
(Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu
takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. Masukkanlah
tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan
karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila
ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang
akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya).
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik".
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 49-53, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan
pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan
membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu
terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika
Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
(Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. Dan
(ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat,
sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan)
sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah
itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. Dan (ingatlah),
ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang
membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat
petunjuk.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 54-57, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah
menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu
pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya". Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. Dan Kami
naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa".
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu;
dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 58-61, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini
(Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak
dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud,
dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami)
kepada orang-orang yang berbuat baik". Lalu orang-orang yang zalim
mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada
mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon
air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan
dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. Dan (ingatlah),
ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan
satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti
kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka
nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu
(terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena
mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar