Kisah Nabi Ismail
Nabi Ibrahim, istrinya Hajar, dan anak mereka yang masih menyusu, Ismail,
berjalan ke suatu tempat yang diperintahkan Allah. Ibrahim
diperintahkan untuk berhenti di sebuah lembah yang tandus. Hal itu
dilakukan setelah beliau menunaikan kewajiban dan mensyukuri semua
nikmat Allah. Beliau lalu kembali pulang ke kota al-Khalil (Hebron) di
Palestina dengan meninggalkan Hajar dan anaknya di lembah tersebut.
Dengan bertawakal, berharap Allah melindungi anak dan istrinya, Ibrahim
berdoa seperti yang tertuang dalam firman Allah, "Ya Rabb,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang
dihormati. Ya Rabb, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan
berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur," (QS. Ibrahim [14]: 37).
Allah mengeringkan air di tempat Hajar dan bayinya berada hingga
mereka sangat kehausan. Hajar segera mencari air dari sumber yang ada.
Dia bolak-balik antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali, tetapi tidak
mendapatkan apa-apa. Saat dia kembali menemui Ismail, dia melihat percikan air dari bawah tungkai kaki anaknya. Air tersebut terpancar melalui perantara Jibril.
Abu Syuhbah berkata dalam bukunya, "Jibril turun menyerupai seekor
burung. Dia lalu mengepakkan sayapnya ke bumi, ada juga yang
berpendapat dengan tungkainya, maka keluarlah air Zamzam. Karena sangat
senangnya, Hajar lalu mengumpulkan tanah untuk membendung aliran air itu
seraya berseru, 'Zami zami ('Berkumpullah, berkumpullah').' Dia dan
bayinya pun lantas minum hingga dahaga mereka hilang dan tidak merasakan
haus lagi setelah itu. Pada saat demikian, Hajar mendengar suara yang
berkata, 'Janganlah kamu takut terlantar. Sebab, di sini akan ada
Baitullah yang hendak dibangun anak ini beserta ayahnya. Sungguh, Allah
tidak akan menyia-nyiakan hambanya.'"
Setelah itu, datanglah sekelompok kabilah Jurhum yang merantau dari
Yaman. Mereka tinggal di dekat tempat yang kemudian menjadi kota Mekah
dan minta izin kepada Hajar agar diperbolehkan tinggal di sana. Hajar
senang dan tidak lagi merasa sepi di tempat yang gersang itu. Mereka
bermukim di sana dan membangun tempat tinggal. Ketika Ismail
beranjak dewasa, dia mampu berbahasa Arab sehingga menjadi leluhur
orang-orang Arab Musta'rabah (pendatang). Hal ini seperti yang
disebutkan Ibnu Syuhbah di dalam kitabnya.
Al-Azraqi berkata dalam Tarikh Makkah, "Setelah peristiwa banjir
besar, lokasi Ka'bah dulu telah hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit
kecil berwarna merah yang tidak terjangkau oleh aliran air. Saat itu,
manusia hanya tahu bahwa di sana ada tempat yang amat bernilai, tanpa
mengetahui pasti lokasinya. Dari seluruh penjuru dunia, mereka yang
dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang ke tempat ini untuk
berdoa, dan doa mereka pun dikabulkan. Manusia pun selalu mengunjunginya
hingga Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun Ka'bah kembali.
Sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang
dimuliakan dan diperbaiki terus oleh setiap agama dan umat dari satu
generasi ke generasi lainnya. Tempat itu juga selalu dikunjungi para
malaikat sebelum Nabi Adam turun ke bumi."
Nabi Ibrahim berulang kali mengunjungi keluarganya. Suatu hari, beliau bermimpi menyembelih putranya, Ismail. Ismail
pun memenuhi perintah itu, Namun, Allah menggantikannya dengan seekor
sembelihan yang besar seperti tercantum dalam firman-Nya, "Tatkala
anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! ' Dia (Ismail)
menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
'Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim)
membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah
Allah), lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim, sungguh, engkau
membenarkan mimpi itu. 'Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang
yang datang kemudian, 'Selamat sejahtera bagi Ibrahim. 'Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia
termasuk hamba-hamba Kami yang beriman," (QS. As-Shaffat [37]: 102-111).
Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, beliau bergegas ke Mekah. Saat itu, Ibrahim melihat Ismail tengah meruncingkan anak panah di dekat sumur Zamzam. Mereka pun saling bersalaman dan berpelukan. Nabi Ibrahim berkata, "Allah memerintahlan aku agar membangun Baitullah untuk-Nya". Ismail berkata, "Laksanakanlah perintah Rabbmu, aku akan membantu ayah dalam urusan agung ini."
Nabi Ibrahim pun mulai membangun Ka'bah, sedangkan Ismail menyodorkan batu untuknya. Ibrahim berkata pada Ismail, "Bawakan batu yang paling bagus, aku akan meletakkannya di salah satu sudut ini agar menjadi tanda bagi manusia."Jibril lalu memberi tahu Ismail tentang Hajar Aswad: Batu yang diturunkan Allah dari surga. Ismail pun menyodorkannya dan Ibrahim meletakan pada tempatnya. Selama membangun, mereka berdua senantias berdoa, "Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui,"(QS. Al-Baqarah [2]: 127).
Ketika bangunan Ka'bah semakin tinggi, Nabi Ibrahim tidak mampu lagi
mengangkat bebatuan. Dia lantas berdiri di atas sebuah batu, yang
kemudian disebut maqam Ibrahim, hingga sempurnanya pembangunan
Baitullah. Allah kemudian memerintahkan Ibrahim menyeru umat manusia
agar melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman, "Serulah manusia
untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang
dari segenap penjuru yang jauh agar mereka menyaksikan berbagai manfaat
untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang
telah ditentukan atas rezeki yang diberikan-Nya kepada mereka berupa
hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nadzar-nadzar mereka, dan melakukan Thawaf di sekeliling
rumah tua (Baitullah)," (QS. Al-Hajj [22]: 27-29).
Nabi Ismail di dalam Al-Quran
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 125, 127, 133, 136, 140, Firman Allah SWT :
[2:125] Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
[2:127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
[2:133] Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[2:136] Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[2:140] ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadat dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Pada Surat Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 84, Firman Allah SWT :
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan
diri."
Pada SuratAn-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 86, Firman Allah SWT :
dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)
Pada Surat Ibraahiim (Ibrahim) [14] : ayat 39, Firman Allah SWT :
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a.
Pada Surat Maryam [19] : ayat 54, Firman Allah SWT :
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 85, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.
Pada Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 48, Firman Allah SWT :
Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.
Pada Surat Ash-Shaaffaat (As-Saffat) [37] : ayat 100-111, Firman Allah SWT :
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang
anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia (Ismail) menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya (Ismail) atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia
termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar