Dakwah Nabi Nuh
Allah berfirman, "Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah
mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan,
Dan dia turunkan bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran untuk
memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan, (QS. Al-Baqarah [2]: 213).
Ibnu Abbas meriwayatkan tentang penafsiran ayat ini. Dia berkata, "Jarak
waktu antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah sepuluh abad. Mereka semua
membawa syariat dari Allah lalu berpecah belah. Allah lantas mengutus
para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,"
Namun, setelah setan menggoda kaum Nuh untuk menyembah selain Allah,
maka meluaslah perilaku syirik dan penyembahan berhala di kalangan anak
manusia. Allah berfirman, "Mereka berkata, "Jangan sekali-kali kalian
meninggalkan (penyembahan ) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula
sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwa, Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr,'"(QS. Nuh [71]:23).
Nabi Nuh dibesarkan di daerah Irak, di kalangan masyarakat yang kufur
dan sesat. Allah kemudian mengutus Nuh dengan risalahnya guna
mengeluarkan mereka dari lumpur kesesatan dan kegelapan pemikiran menuju
jalan petunjuk dan cahaya yang terang. Beliau adalah rasul pertama yang
diutus di bumi seperti yang disebutkan di dalam Shahih al-Bukhari dan
Shahih Muslim tentang hadits syafaat dari Nabi Muhammad.
Kesesatan kaum Nabi Nuh merupakan kesesatan Akidah pertama yang
terjadi di muka bumi. Penyebabnya adalah seperti yang telah disebutkan
Ibnu ath-Thabari, "Pada mulanya kaum yang berada antara Nabi Adam dan
Nabi Nuh adalah orang yang saleh. Mereka juga memiliki pengikut patuh.
Namun, ketika para nabi dan orang-orang saleh meninggal, para pengikut
tersebut berkata, 'Jika kita membuat gambar mereka, tentunya kita akan
lebih gemar beribadah karena mengingat mereka.' Akhirnya, mereka membuat
gambar para nabi dan orang-orang saleh tersebut".
Setelah pembuat gambar itu mati, datanglah kelompok lain yang telah
dirasuki iblis seraya berkata, 'Mereka menyembah orang-orang saleh
tersebut dan minta diturunkan hujan.'Lantas, setiap orang menyembah
masing-masing berhala dan menjadikannya sembahan khusus. Setelah
beberapa kurun, untuk lebih meyakinkan lagi, mereka pun menjadikan
gambar-gambar tersebut sebagai patung-patung berjasad untuk disembah.
Kemudian mereka menyembahnya dengan beragam cara penyembahan. Hal
seperti inilah yang kemudian tersebar pada banyak zaman ketika sejumlah
pengikut seorang alim menggambar mereka. Mereka hanya akan merasa
khusyu' jika menggambar sang guru dan meletakkan di hadapannya. Bahkan,
mungkin saja setelah sang guru meninggal, mereka membuat patungnya dan
meletakkan di hadapan mereka. Inilah awal dari bentuk penyembahan
berhala dan patung.
Nabi Nuh telah menyeru umatnya ke jalan Allah selama 950 tahun. Allah berfirman, "Sesungguh,
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama
mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun," (QS. Al-'ankabut[29]:14 ).
Beliau telah berdakwah siang dan malam secara sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan; berdakwah tanpa merasa bosan dan penat, menghadapi
tulinya telinga dan kerasnya hati mereka. Hanya sedikit sekali yang
beriman, sebagian besar lainnya tetap ingkar. Allah lalu mewahyukan
kepada beliau, "Diwahyukan kepada Nuh, 'Ketahuilah, tidak akan
beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja),
karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka
perbuat," (QS. Hud [11]: 36).
Pada saat itulah, Nabi Nuh kemudian berdoa kepada Allah sabagaimana terekan dalam firman-Nya, "Nuh berkata, 'Ya Rabb, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi," (QS. Nuh [71]: 26).
Allah lantas memerintahkan Nuh untuk membuat kapal guna menyelamatkan diri dan kaumnya yang beriman dari banjir dahsyat, "Mulailah
dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan
melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, 'Jika kalian
mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejek kalian sebagaimana kalian
mengejek (kami). Maka kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan
ditimpa adzhab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa adzhab
yang kekal. 'Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah
memancarkan air, Kami berfirman, 'Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu)
dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga)
keluargamu, kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan
(muatkan pula) orang yang beriman. 'Ternyata orang-orang beriman yang
bersama Nuh hanya sedikit. Dan dia berkata, 'Naiklah kalian semua ke
dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan
berlabuhnya. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan
kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana
gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada
di tempat yang jauh terpencil, 'Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama
kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir. 'Dia (anaknya)
menjawab, 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah! '(Nuh) berkata, 'Tidak ada yang
melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha
Penyayang.' Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia
(anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan, 'Wahai
bumi, telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah,' Dan air pun
disurutkan, dan perintah pun diselesaikan, dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, 'Binasalah orang-orang zhalim," (QS. Hud [11]: 38-44).
Demikianlah, badai topan menimpa kaum Nuh yang ingkar, sombong, dan
berbuat kerusakan di muka bumi. Allah menyelamatkan Nabi Nuh dan
pengikutnya yang beriman saat kapal mereka berlabuh di atas Bukit
Judi, di sebuah tempat yang dikenal dengan nama JaziraI Ibnu Umar. Saat
ini, tempat tersebut merupakan bagian timur Turki (Gunung Arafat).
Penumpang kapal pun keluar dan menetap di sana untuk pertama kalinya
setelah perpindahan baru ini, Prof. Mahmud Syakir mengungkapkan, "demikianlah
terjadinya perpindahan tempat tinggal penduduk bumi untuk kedua kalinya
dari selatan ar-Rafidin (Mesopotamia) ke berbagai daerah pegunungan di
utara. Pertambahan penduduk pun terjadi untuk kedua kalinya di berbagai
tempat". Dengan begitu, keturunan nabi Nuh dari anak-anaknya yang telah ikut serta dalam kapal semakin bertambah.
Sam dan keturunannya berangkat menuju barat daya ke arah jazirah Arab
dan berpencar di sana. Ham dan keturunannya berangkat menuju selatan
dan menetap di bagian selatan Irak setelah bumi kering dan mulai tampak
subur kembali. Sebagian yang lain mengikuti langkah tersebut dan ada
pula yang berpencar menuju tenggara ke arah India.
Sementara itu, yang lainnya menuju barat daya melewati Selat Bal
el-Mandeb ke arah Afrika. Dari sana mereka menuju utara dan berbagai
tempat lainnya. Yafits, anak Nabi Nuh yang ketiga berangkat bersama
keturunannya ke arah timur dan ada juga yang menuju ke arah barat.
Kisah Banjir Dahsyat dalam Literatur Klasik dan Modern
Banjir dahsyat yang menimpa kaum Nabi Nuh merupakan hasil dari
kekufuran mereka kepada Allah. Peristiwa ini merupakan peristiwa
terdahsyat yang terjadi sepanjang sejarah dan peristiwa paling membekas
dalam jiwa manusia. Allah berfirman, "(Telah kami binasakan) kaum
Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkan mereka dan
Kami jadikan (cerita) mereka pelajaran bagi manusia. Dan kami telah
sediakan bagi orang-orang zhalim adzhab yang sedih," (QS. Al-Furqan [25]: 37).
Dari sini, kita mengetahui bahwa peristiwa banjir dahsyat itu disebut
dalam wahyu Allah secara rinci yang sudah pasti kebenarannya. Kejadian
tersebut bahkan terus dikisahkan melalui khazanah peradaban mereka dari
tahun ke tahun. Bangsa Sumeria merupakan pemilik tongkat estafet pertama
dalam mencatat peristiwa tersebut. Kemudian salinannya dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Akadia, Babylonia, dan Assyria.
Naskah asli peristiwa ini berbahasa Sumeria. Dr. Ahmad Sausah, dalam
bukunya, Tarikh wa Hadharah Wadi ar-Rafidin menukis kembali ringkasan
naskah tersebut sebagai berikut.
"Para Dewalah yang telah menjadikan banjir ini. Semua ini akibat dosa, kesalahan, dan rusaknya perbuatan manusia. Para dewa pun segera menghapus keberadaan manusia dari muka bumi ini dengan mengirimkan banjir yang amat dahsyat."
Disebutkan pula bahwa peristiwa tersebut terjadi di Irak Selatan pada ahir milenium ke 3 SM.
Penelitian terhadap bahtera Nabi Nuh telah disebutkan di dalam
majalah an-Nur al Islamiyyah seperti yang diungkapkan Mahmud Mushtafa.
Setelah 6 tahun meneliti, para ahli baru berhasil menemukan bahtera Nabi
Nuh yang disebutkan dalam al-Qur'an, tepatnya di daerah perbatasan
Turki dan Iran. Hal ini sesuai dengan pernyataan ketua tim penelitian
tersebut. Pemerintah Turki-pun merasa puas dengan hasil penelitian itu
setelah bertahun-tahun para peneliti mengalami penolakan yang keras.
Pemerintah lantas menjadikan tempat tersebut sebagai situs sejarah dalam
bidang kepurbakalaan dan menyetujui diadakan proses penggalian di sana
pada tahun 1414 H.
Belum lama ini, di satu lokasi yang dieksplorasi ditemukan kandungan
material yang menyerupai perahu tertimbun. Ukuran perahu tersebut lebih
luas daripada perahu Queen Mary. Panjangnya mencapai setengah perahu
Queen Mary. Benda material ini ditemukan di atas ketinggian 7000 kaki
atau setara dengan 2.134 m. Hal itu merupakan fenomena yang aneh bagi
jenis kapal apapun. Panjang perahu mencapai 515 kaki dan lebal 139 kaki.
Ukuran ini serupa dengan ukuran yang disebutkan dalam Pasal Keenam dari
Kitab Kejadian bahwa itulah ukuran yang diperintahkan Allah kepada Nabi
Nuh. Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat perahu dengan panjang 300
hasta dan lebar 50 hasta, sedangkan satu hasta setara dengan 45,7 cm.
Di sekitar lokasi ditemukannya perahu tersebut, para ahli dari
Amerika dan Timur Tengah menemukan batu besar yang pada satu sisi
masing-masing telah dilubangi. Diyakini bahwa itu merupakan batu jangkar
pada masa lampau untuk menjaga keseimbangan kapal. Selain itu, tempat
tersebut juga dilacak dengan menggunakan radar. Hasilnya, didapati
senyawa kimia yang tidak lazim ditemukan, yaitu oksida besi.
Kepala Departemen Ilmuwan Arkeologi di Universitas Attaturk Turki menyatakan bahwa perahu tersebut telah berusia labih dari 100.000 tahun dan dibuat oleh manusia. Tidak diragukan lagi bahwa itulah perahu Nabi Nuh.
Keturunan Nabi Nuh
Nabi Nuh memiliki empat putra yaitu Yafit, Sam, Ham, dan Kan'an.
Kan'anlah yang pergi ke puncak gunung untuk berlindung dari banjir dan
akhirnya tenggelam. Mengenai ketiga putranya yang lain, Ibnu Katsir
telah menyebutkan bahwa seluruh bani Adam di bumi ini berasal dari
ketiga anak Nabi Nuh yang tersisa yaitu Sam, Ham, dan Yafits.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sam adalah bapak orang Arab, Ham adalah bapak orang Habsyi, dan Yafits adalah bapak orang Romawi." Imran bin Hushain meriwayatkan dari Nabi sebuah hadits serupa dan di dalamnya terdapat redaksi berikut "Yang
dimaksud dengan Romawi di sini adalah Romawi pertama yaitu bangsa
Yunani yang dinasabkan kepada Rumi bin Labthi bin Yunan bin Yafits bin
Nuh, "(Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah).
Di dalam kitab Nihayah al-Arab fi Ma'rifah Ansab al-'Arab,
al-Qalqasyandi menyebutkan bahwa para ahli nasab (genealogis) dan para
sejarawan telah sepakat, seluruh ras manusia setelah Nabi Nuh, bukan
berasal dari umat yang bersamanya di dalam perahu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah, "(wahai) keturunan orang yang kami bawa Nuh," (QS. Al-Isra' [17]: 3).
Sebab, mereka semua telah binasa dan tidak tersisa lagi. Para ahli
sepakat bahwa seluruh keturunan manusia berasal dari ketiga anak Nabi
Nuh, sesuai firman Allah, "Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan," (QS. Ash-Shaffat [37]: 77).
Yafits adalah anak tertua, Sam anak kedua, dan Ham anak Nabi Nuh yang
paling muda. Seluruh umat di dunia ini kembali kepada salah satu dari
mereka bertiga, dengan berbagai perbedaan pendapat dalam permasalahan
ini.
- Turki berasal dari keturunan Turk bin Kumar bin Yafits. Termasuk ke dalam ras mereka adalah bangsa Qibjad, Tatar, dan Khazlakhiyah, bangsa al-Ghazz di negara as-Shafad, al-Ghaur, al-'Alan, asy-Syarkas, al-Azkasy, dan Rusia; semuanya berasal dari bangsa Turki.
- Al-Jaramiqah berasal dari keturunan Basil bin Asyur bin Sam bin Nuh. Mereka adalah penduduk Mosul.
- Al-Jail berasal dari keturunan Basil bin Asyur. Negeri mereka adalah Kailan di daerah timur.
- Ad-Dailam berasal berasal dari keturunan Madzai bin Yafits.
- Bangsa Suryani berasal dari keturunan Suryan bin Nabith bin Masy bin Adam bin Sam.
- Bangsa Sind berasal dari keturunan Kusy bin Ham.
- Bangsa az-Zanj/Negro berasal dari keturunan Zanj dan tidak diketahui lagi selanjutnya dan kemungkinan sampai ke Ham.
- Bangsa ash-Shaqalibah berasal dari keturunan asykanar bin Thugarma bin Yafits.
- Bangsa Cina berasal dari keturunan Shini bin Maghugh bin Yafits.
- Bangsa Ibrani berasal dari anak Amir bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam.
- Bangsa Persi berasal dari Anak Faris bin Lawud bin Sam.
- Bangsa Francs berasal dari anak Thubal bin Yafits.
- Bangsa Qibthi berasal dari keturunan Qibthim bin Mashr bin Baishar bin Ham.
- Bangsa Quth (Qoth) berasal dari anak Quth bin Ham.
- Bangsa Kurdi berasal darim keturunan Iran bin Asyur bin Sam.
- Bangsa Kan'an berasal dari anak Kan'an bin Ham.
- Bangsa Lamman berasal dari anak Thubal bin Yafits. Tempat tinggal mereka mulai dari wilayah barat hingga utara bagian utara laut Romawi .
- Bangsa Nabth (Anbath) berasal dari penduduk Babylon pada zaman kuno, keturunan Lanbith bin Asyur bin Sam.
- Bangsa India berasal dari keturunan Kusy bin Ham.
- Bangsa Armenia berasal dari anak Qahwil (Tamwil) bin Nakhur, keturunan Nabi Ibrahim.
- Bangsa Atsban berasal dari anak Masyah bin Yafits.
- Bangsa Yunani berasal dari anak Yunan bin Yafits. Mereka terdiri dari tiga golongan; bangsa Lithan berasal dari keturunan Lathin bin Yunan, Bangsa Ighriq keturunan Ighriqis bin Yunan; bangsa Kaitami berasal dari keturunan Katim bin Yunan, dan kepada kelompok Katim inilah bangsa Romawi dinasabkan.
- Bangsa Zuwailah, penduduk Birqah pada zaman kuno dikatakan berasal dari keturunan Huwailah bin Kusy bin Ham.
- Bangsa Ya'juj dan Ma'juj berasal dari anak Manghugh bin Yafits.
- Bangsa Arab berasal dari anak Sam. Hal ini telah disepakati oleh para ahli nasab (geneologis).
- Bangsa Barbar, terdapat perbedaan pendapat tentang asal mereka apakah mereka berasal dari Arab atau dari yang lainnya.
Perbedaan Bahasa
Abu Hanifah ad-Dainuri menyebutkan bahwa pada masa Raja Jamm pernah
terjadi kerancuan bahasa di Babylon. Sebab, keturunan Nabi Nuh banyak
yang tinggal disana danmemenuhi daerah tersebut. Awalnya, mereka semua
berbahasa Suryani atau bahasa Nabi Nuh. Namun, suatu hari lidah mereka
kacau, dialek mereka berubah, dan sebagian bercampur dengan bahasa yang
lain. Akhirnya, setiap kelompok berbicara dengan bahasa yang diikuti
keturunan mereka hingga saat ini.
Mereka kemudian meninggalkan Babylon dan menyebar ke berbagai arah.
Kelompok pertama yang meninggalkan daerah Babylon adalah anak-anak
Yafits bin Nuh. Mereka tujuh bersaudara diantaranya at-Turk, Al-Khazr,
Shaqlab, Taris, Minsak, Kamari, dan Shin. Mereka lalu mengambil arah
timur dan utara. Setelah itu anak-anak Ham bin Nuh berangkat menyusul.
Mereka juga tujuh bersaudara diantaranya Sind, Hind, Zanj, Qibthi,
Habsy, Nubah, dan Kan'an. Mereka menuju arah antara selatan dan barat.
Sementara itu anak Sam bin Nuh tetap tinggal bersama sepupu mereka,
Jamm-Raja Babylon, dengan segala perubahan dan perbedaan bahasa mereka.
Perahu Nabi Nuh (Bahtera Nuh)
Dalam agama Islam, Nuh merupakan salah satu dari lima nabi penting (Ulul
Azmi). Ia diperintah untuk mengingatkan kaumnya agar menyembah Allah
yang saat itu menganut paganisme dengan menyembah berhala-berhala Suwa',
Yaghuts, Ya'uq, dan Nashr. Dalam Al-Qur'an, Nuh diperintah selama 950
tahun. Rujukan-rujukannya tentang Nuh dalam al-Qur'an bertebaran di
seluruh kitab. Surah dalam al-Qur'an yang cukup lengkap menceritakan
kisah Nuh adalah surah Hud dari ayat 27 hingga 51.
Berbeda dengan kisah-kisah Yahudi, yang menggunakan istilah "kotak" atau
"peti" untuk menggambarkan Bahtera Nuh, surah Al-'Ankabut ayat 15 dalam
al-Qur'an menyebutnya as-Safinati, sebuah kapal biasa atau bahtera, dan
dijelaskan lagi dalam surah Al-Qamar ayat 13 sebagai "bahtera dari
papan dan paku." Surah Hud ayat 44 mengatakan bahwa kapal itu mendarat
di Gunung Judi, yang dalam tradisi merupakan sebuah bukit dekat kota
Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai Tigris di provinsi Mosul, Irak.
Abdul Hasan Ali bin al-Husayn Masudi (meninggal 956) mengatakan bahwa
tempat pendaratan bahtera itu dapat dilihat pada masanya. Masudi juga
mengatakan bahwa Bahtera itu memulai perjalanannya di Kuffah di Irak
tengah dan berlayar ke Mekkah, dan di sana kapal itu mengitari Ka'bah,
sebelum akhirnya mendarat di Judi. Surah Hud ayat 41 mengatakan, "Dan
Nuh berkata, 'Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama
Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.'" Tulisan Abdullah bin 'Umar
al-Baidawi abad ke-13 menyatakan bahwa Nuh mengatakan, "Dengan Nama
Allah!" ketika ia ingin bahtera itu bergerak, dan kata yang sama ketika
ia menginginkan bahtera itu berhenti.
Banjir itu dikirim oleh Allah sebagai jawaban atas doa Nuh bahwa
generasinya yang jahat harus dihancurkan, namun karena Nuh adalah yang
benar, maka ia terus menyebarkan peringatan itu, dan 70 orang penyembah
berhala bertobat, dan masuk ke dalam Bahtera bersamanya, sehingga
keseluruhan manusia yang ada di dalamnya adalah 78 orang (yaitu ke-70
orang ini ditambah 8 orang anggota keluarga Nuh sendiri). Ke-70 orang
ini tidak mempunyai keturunan, dan seluruh umat manusia setelah air bah
adalah keturunan dari ketiga anak lelaki Nuh. Anak lelaki (atau cucu
lelaki, menurut beberapa sumber) yang keempat yang bernama Kana'an
termasuk para penyembah berhala, dan karenanya ikut tenggelam.
Baidawi memberikan ukuran Bahtera itu yaitu panjang 300 hasta dan lebar
50 hasta, dan menjelaskan bahwa pada mulanya di tingkat pertama dari
tiga tingkat ini diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah
dijinakkan, pada tingkat kedua ditempatkan manusia, dan yang ketiga
burung-burung. Pada setiap lembar papan terdapat nama seorang nabi. Tiga
lembar papan yang hilang, yang melambangkan tiga nabi, dibawa dari
Mesir oleh Og, putera Anak, satu-satunya raksasa yang diizinkan selamat
dari banjir. Tubuh Adam dibawa ke tengah untuk memisahkan laki-laki dari
perempuan.
Nuh berada di Bahtera selama lima atau enam bulan, dan pada akhirnya ia
mengeluarkan seekor burung gagak. Namun gagak itu berhenti untuk
berpesta memakan daging-daging bangkai, dan karena itu Nuh mengutuknya
dan mengeluarkan burung merpati, yang sejak dahulu kala telah dikenal
sebagai sahabat manusia. Masudi menulis bahwa Allah memerintahkan bumi
untuk menyerap airnya, dan bagian-bagian tertentu yang lambat menaati
perintah ini memperoleh air laut sebagai hukumannya dan karena itu
menjadi kering dan tidak ada kehidupan. Air yang tidak diserap bumi
membentuk laut, sehingga air dari banjir itu masih ada.
Nuh meninggalkan Bahtera pada tanggal 10 Muharram, dan ia bersama
keluarganya dan teman-temannya membangun sebuah kota di kaki Gunung Judi
yang dinamai Thamanin ("delapan puluh"), dari jumlah mereka.
Tinjauan sejarah terhadap zaman Nabi Nuh
Dari catatan sejarah disebutkan perjalanan sejarah kuno negeri Rafidin telah melintas dengan tiga zaman :
- Zaman batu kuno. Seorang arkeolog yang bernama Svelli telah menemukan peninggalan-peninggalan zaman ini pada tahun 1954 M.
- Zaman batu modern (peradaban Jarmo). Bret Watt,
seorang arkeolog pada tahun 1948 M telah menemukan salah satu pusat
terpenting dari zaman ini di desa Jarmo, yang terletak di sebelah barat
kota Sulaimaniyah. Para sejarawan telah mengetahui sejarah pusat zaman
ini sekitar tahun 6500 SM, yaitu masa-masa setelah munculnya
masyarakat-masyarakat perkampungan.
Pada zaman batu modern telah muncul peradaban zaman Tel Hassunah, yang terletak di sebelah selatan Mosul. Masa zaman ini sekitar tahun 5750 SM. Seorang arkeolog, Mallowan pada tahun 1931 M telah menemukan beberapa sampel yang menggambarkan peradaban Tel Hassunah di Niwana, dekat Mosul. Dan ditemukan pula beberapa sampel lain dari peradaban ini di beberapa tempat di sebelah utara Irak.
Dan di Tel Halaf, dekat daerah Ra'sul Ain Syria, dimana sungai al-Khabur bersumber, seorang arkeolog Jerman, Paron (Pone Ophneim) telah menemukan beberapa sampel yang mencerminkan peradaban zaman batu modern ini. - Zaman tembaga batu di lembah ar-Rafidin. Peradaban zaman ini tercermin di tiga tempat penting, yang berurutan seperti berikut ini.
- Tel Abied, dekat kota Ur kuno, sebelah selatan negeri ar-Rafidin, yang ditemukan oleh ekspedisi musium Inggris, yang dipimpin Dr. Houl dan di bawah pengawasan Leonard Wooly (seorang sejarawan). Di Ur ditemukan patung yang terbuat dari tanah yang memiliki nilai-nilai keagamaan.
- Peradaban zaman Uruk (al-Wuraka'), yang ditemukan oleh ekspedisi Jerman.
- Peradaban zaman Jamdah Nashar. Beberapa peninggalan zaman ini telah ditemukan oleh ilmuwan Linkdone pada tahun 1920 M di Tel Shaghir, yang terletak di dekat kota Keisy kuno yang disebut "Jumdah Nashar".
Kisah angin topan yang disebutkan dalam kitab suci beberapa zaman lebih
dulu daripada topan ini. Dengan menukil dari ilmuwan De Morghan,
arkeolog Countonoe menyimpulkan peristiwa itu pada zaman muthir yaitu
"zaman poliustussin yang diikuti oleh zaman jalid di akhir putaran ke
empat, dimana banyak orang binasa. Lembar catatan yang ditemukan di
perpustakaan Asyur Baniba'al telah mengabadikan topan ini.
Nabi Nuh di dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran, nama Nuh as, disebutkan di 43 ayat dalam 28 surat.
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 25-48, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?
(QS. Huud [11]:25-30)
Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". Malahan kaum Nuh itu berkata: "Dia cuma membuat-buat nasihatnya saja". Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat". (QS. Huud [11]:31-35)
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal." Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
(QS. Huud [11]:36-40)
Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya - sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."
(QS. Huud [11]:41-44)
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.". (QS. Huud [11]:45-48)
Pada Surat al-Qamar [54] : ayat 9-16, Firman Allah SWT :
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman). Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)." Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku..
(QS. al-Qamar [54]:9-16)
Pada Surat Nuh [71] : ayat 1-28, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Nuh [71]:1-6)
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh [71]:7-12)
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (QS. Nuh [71]:13-20)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan"..(QS. Nuh [71]:21-28)
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 25-48, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?
(QS. Huud [11]:25-30)
Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". Malahan kaum Nuh itu berkata: "Dia cuma membuat-buat nasihatnya saja". Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat". (QS. Huud [11]:31-35)
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal." Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
(QS. Huud [11]:36-40)
Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya - sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."
(QS. Huud [11]:41-44)
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.". (QS. Huud [11]:45-48)
Pada Surat al-Qamar [54] : ayat 9-16, Firman Allah SWT :
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman). Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)." Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku..
(QS. al-Qamar [54]:9-16)
Pada Surat Nuh [71] : ayat 1-28, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Nuh [71]:1-6)
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh [71]:7-12)
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (QS. Nuh [71]:13-20)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan"..(QS. Nuh [71]:21-28)
Ringkasan Kisah Nabi Nuh
Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam dan Idris. Beliau merupakan
keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamak bin
Mutawasylah bin Idris. Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam
masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua nabi di mana biasanya
manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh
nabi yang meninggalkan mereka dan kembali syirik serta meninggalkan amal
kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh
datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala. Yaitu
patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai Tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak
segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan,
menurut kepercayaan mereka, mempunyai kekuatan ghaib. Berhala-berhala
tersebut diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan
selera kebodohan mereka. Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah
jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik
(meninggalkan penyembahan berhala) dan kembali kepada tauhid menyembah
Allah, Tuhan sekalian alam.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah
kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran
dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik
atau secara terang-terangan dan terbuka, ternyata hanya sedikit sekali
dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya.
Nabi Nuh memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan
yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama
yang diwahyukan oleh Allah kepadanya. Akan tetapi dalam waktu yang cukup
lama (ratusan tahun), Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik
kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, bertauhid dan beribadat
kepada Allah, kecuali sekelompok kecil kaumnya. Harapan Nabi Nuh akan
kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang. Pada saat itu
Allah menyuruh Nabi Nuh untuk tidak perlu lagi menghiraukan dan
mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah
dengan mati tenggelam. Dan Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membuat
perahu yang besar.
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah perahu/kapal besar,
segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka
mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut. Mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal
yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan
masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi
menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat pembuatan
kapal itu.
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah, "Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan
terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di
dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis
makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi, air yang deras
dan dahsyat. Dan dalam waktu yang cepat telah menjadi banjir besar
melanda seluruh kota dan desa, menggenangi daratan yang rendah maupun
yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat
berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang
telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah. Dengan iringan
"Bismillahi majraha wa mursaha", belayarlah kapal Nabi Nuh dengan
lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah
lembut dan kadang kala ganas dan ribut.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di
atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putra sulungnya
yang bernama Kan'aan. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa
cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra kandungnya yang
berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh
secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil puteranya. Kan'aan, yang sudah tersesat dan
telah terkena racun rayuan setan dan hasutan kaumnya yang sombong dan
keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya.
Akhirnya Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari
pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam
keadaan tidak beriman kepada Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru
kepada Allah. Kepadanya Allah berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia
puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang
dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak
orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar
keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu
dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam
barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin
keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu,
mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan
Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku
tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau
sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku
ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang
yang bodoh."
Nabi Nuh segera sadar setelah menerima teguran dari Allah, Ia sangat
menyesali kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah
memohon ampun dan maghfirahnya.
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya, habis binasalah kaum
Nuh yang kafir dan zalim. Sesuai dengan kehendak dan hukum Allah,
surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas
bukit "Judie".
Judi adalah bukit yang berhadapan dengan semenanjung Ibnu Umar, yang sekarang menjadi perbatasan Suria (Syria) - Turki, di tepian sebelah timur sungai Tigris. Bukit Judi ini terlihat jelas dari daerah Ainu Diwar, Syria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar