Nabi Ibrahim as
Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Quran
Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Quran
Ibrahim, Bapak Para Nabi
Nabi Ibrahim al-Khalil dilahirkan di Ur, daerah bagian selatan Irak.
Beliau lahir di kalangan masyarakat penyembah berhala. Mereka membuat
patung pada zaman Raja Namrud bin Kan'an. Ayahnya, Azar adalah seorang
yang cukup pandai dalam membuat berhala yang menyesatkan ini. Dia lalu
memerintahkan Ibrahim untuk menjualnya ke pasar. Ibrahim pun membawanya
dan berteriak di pasar, "Siapa yang mau membeli benda berbahaya dan tidak bermanfaat ini?!"
Ketika Ibrahim beranjak dewasa, beliau mengingkari perlakuan kaumnya
yang menyembah berhala-berhala itu. Hal ini terekam dalan firman Allah, "Sungguh, sebelum dia (Musa dan Harun) telah kami berikan kepada Ibrahim petunjuk, dan Kami telah mengetahui dia," (QS. Al-Anbiya' [21]: 51).
Dalam benaknya, terlintas beragam pertanyaan dan penalaran tentang
kaumnya. Mereka hidup dalam kelalaian dan kesesatan karena keyakinan
yang rusak terhadap berhala, patung, dan bintang. Allah berfirman, "(Ingatlah)
ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, 'Pantaskah engkau
menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata," (QS. Al-An'am [6]: 74).
Setelah Ibrahim bersenjatakan kebenaran dan logika ketika Allah
menjadikan beberapa sebab itu untuknya, pertengkaran pun terjadi antara
Ibrahim dan orang-orang kafir serta orang-orang yang sesat.
Beliau pun mengingatkan ayahnya dengan sangat bijaksana dan penuh
nasihat. Akan tetapi, sang ayah bersikeras berada dalam kesesatan dan
kebodohannya. Nabi Ibrahim tetap mengajal kaumnya untuk beribadah kepada
Allah semata dan menghancurkan berhala.
Berita tentang beliau lalu tersebar ke seluruh penduduk Babylon
hingga Raja Namrud mengajaknya berdebat. Mereka berdua pun bertemu. Nabi
Ibrahim melancarkan berbagai argumen dan dalil-dalil sehingga dapat
mematahkan semangat lawannya. Ini tercatat dalam firman Allah, "Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim," (QS. Al-Baqarah [2]: 258).
Pada suatu hari, Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang ada dan
meninggalkan salah satunya (yang paling besar) karena ada tujuan
tertentu. Ketika orang-orang berdatangan ke tempat tersebut, mereka
menemukan semuanya hancur berantakan, mereka pun marah, dendam, dan
berjanji akan memberikan hukuman yang sangat berat kepada orang yang
telah melakukannya. Setelah berusaha mencari pelakunya, mereka
mengetahui bahwa Ibrahim bin Azar yang melakukannya. Setelah itu, mereka
pun menyidangnya. Di dalam firman Allah disebutkan, "Mereka
bertanya, 'Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap
tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?' Dia (Ibrahim) menjawab, 'Sebenarnya
(patung) besar itu yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada mereka,
jika mereka dapat berbicara. 'Maka mereka kembali kepada kesadaran
mereka dan berkata, 'Sesungguhnya kalianlah yang menzalimi (diri
sendiri)," (QS. Al-Anbiya' [21]: 62-64).
Semuanya terdiam setelah mendapat tamparan keras dari hujjah Nabi
Ibrahim tersebut. Bagi mereka, tidak ada cara lain kecuali membakarnya
setelah beliau membuat mereka berada dalam kebuntuan yang paling buruk.
"Mereka berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian,
jika kalian benar-benar hendak berbuat. 'Kami (Allah) berfirman, 'Wahai
api, jadilah kami dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim. 'Dan mereka
hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling rugi," (QS. Al-Anbiya' [21]: 68-70).
Disinilah, Ibrahim dengan kecemerlangan pikirannya memandang perlu
untuk berhijrah membawa kemurnian agamanya. Beliaupun berhijrah bersama
istrinya (Sarah) dan keponakannya (Luth) ke tempat yang sangat diberkahi
Allah untuk seluruh alam. Allah berfirman, "Maka Luth membenarkan
(kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, 'Sesungguhnya aku harus
berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Rabbku. Sungguh, Dialah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana," (QS. Al-Ankabut [29]:26).
Adzab yang menimpa Penduduk Babylon setelah Nabi Ibrahim berhijrah
Dr. Jamal Abdul Hadi menyebutkan dalam kitabnya, Jazirah al-'Arab
bahwa naskah-naskah Sumeria kuno telah diungkap melalui gubahan seorang
penyair Sumeria. Naskah tersebut menceritakan tentang berakhirnya kota
Ur (Babylon) yang diperintah Raja Namrud pada pertengahan abad ke-20 SM,
yaitu saat kepergian Nabi Ibrahim beserta keponakannya Luth. Ur, kota
tempat kelahiran Nabi Ibrahim itu mengalami dua kekalahan telak dari
bangsa Ailam dan Amorite. Allah berfirman, "Demikianlah Kami menjadikan sebagian orang-orang zhalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan," (QS. Al-An'am [6]: 129).
Penyair itu mengungkapkan, "Kuda jantan terpisah dari habitatnya. Kawanannya pun tercerai berai bersama angin."
Dia juga menyebutkan sejumlah nama-nama kota besar Sumeria, lalu
mengisahkan akhir kematian kota tersebut. Kemudian, dia menjelaskan
ketetapan langit tentang kehancuran kota itu, pertumpahan darah
penduduknya, isak yang berkepanjangan, bangkai manusia yang berserakan
karena tertembus tombak atau hantaman peluru batu. Demikianlah yang
terjadi, hingga sengatan matahari melunturkan lemak-lemak mereka. Mereka
yang selamat menjadi hina dan kelaparan. Sang ibu kehilangan anaknya.
Sang ayah meninggalkan darah dagingnya. Para istri berpisah dari
suaminya. Mahabenar Allah yang berfirman, "Betapa banyak (penduduk)
negeri yang mendurhakai perintah Rabb mereka dan rasul-rasul-Nya, maka
Kami buat perhitungan terhadap penduduk negeri itu dengan perhitungan
yang ketat, dan Kami adzab mereka dengan adzab yang mengerikan (di
akhirat). Sehingga mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya,
dan akibat perbuatan mereka, itu adalah kerugian yang besar. Allah
menyediakan adzab yang keras bagi mereka, maka bertakwalah kepada Allah,
wahai orang-orang yang mempunyai akal! (Yaitu) orang-orang yang
beriman. Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan kepada kalian," (QS.Ath-Thalaq [65]: 8-10).
Pembangunan Ka'bah
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa Nabi Adam adalah
orang pertama yang membangun Baitul Atiq. Sementara itu, Nabi Ibrahim
yang membangun kembali Baitul Atiq dengan mengangkat fondasinya bersama
Ismail setelah peristiwa banjir besar.
Nabi Ibrahim, istrinya Hajar, dan anak mereka yang masih menyusu,
Ismail, berjalan ke suatu tempat yang diperintahkan Allah. Ibrahim
diperintahkan untuk berhenti di sebuah lembah yang tandus. Hal itu
dilakukan setelah beliau menunaikan kewajiban dan mensyukuri semua
nikmat Allah. Beliau lalu kembali pulang ke kota al-Khalil (Hebron) di
Palestina dengan meninggalkan Hajar dan anaknya di lembah tersebut.
Dengan bertawakal, berharap Allah melindungi anak dan istrinya, Ibrahim
berdoa seperti yang tertuang dalam firman Allah, "Ya Rabb,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang
dihormati. Ya Rabb, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan
berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur," (QS. Ibrahim [14]: 37).
Allah mengeringkan air di tempat Hajar dan bayinya berada hingga
mereka sangat kehausan. Hajar segera mencari air dari sumber yang ada.
Dia bolak-balik antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali, tetapi tidak
mendapatkan apa-apa. Saat dia kembali menemui Ismail, dia melihat
percikan air dari bawah tungkai kaki anaknya. Air tersebut terpancar
melalui perantara Jibril.
Abu Syuhbah berkata dalam bukunya, "Jibril turun menyerupai seekor
burung. Dia lalu mengepakkan sayapnya ke bumi, ada juga yang
berpendapat dengan tungkainya, maka keluarlah air Zamzam. Karena sangat
senangnya, Hajar lalu mengumpulkan tanah untuk membendung aliran air itu
seraya berseru, 'Zami zami ('Berkumpullah, berkumpullah').' Dia dan
bayinya pun lantas minum hingga dahaga mereka hilang dan tidak merasakan
haus lagi setelah itu. Pada saat demikian, Hajar mendengar suara yang
berkata, 'Janganlah kamu takut terlantar. Sebab, di sini akan ada
Baitullah yang hendak dibangun anak ini beserta ayahnya. Sungguh, Allah
tidak akan menyia-nyiakan hambanya.'"
Setelah itu, datanglah sekelompok kabilah Jurhum yang merantau dari
Yaman. Mereka tinggal di dekat tempat yang kemudian menjadi kota Mekah
dan minta izin kepada Hajar agar diperbolehkan tinggal di sana. Hajar
senang dan tidak lagi merasa sepi di tempat yang gersang itu. Mereka
bermukim di sana dan membangun tempat tinggal. Ketika Ismail beranjak
dewasa, dia mampu berbahasa Arab sehingga menjadi leluhur orang-orang
Arab Musta'rabah (pendatang). Hal ini seperti yang disebutkan Ibnu
Syuhbah di dalam kitabnya.
Al-Azraqi berkata dalam Tarikh Makkah, "Setelah peristiwa banjir
besar, lokasi Ka'bah dulu telah hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit
kecil berwarna merah yang tidak terjangkau oleh aliran air. Saat itu,
manusia hanya tahu bahwa di sana ada tempat yang amat bernilai, tanpa
mengetahui pasti lokasinya. Dari seluruh penjuru dunia, mereka yang
dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang ke tempat ini untuk
berdoa, dan doa mereka pun dikabulkan. Manusia pun selalu mengunjunginya
hingga Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun Ka'bah kembali.
Sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang
dimuliakan dan diperbaiki terus oleh setiap agama dan umat dari satu
generasi ke generasi lainnya. Tempat itu juga selalu dikunjungi para
malaikat sebelum Nabi Adam turun ke bumi."
Nabi Ibrahim berulang kali mengunjungi keluarganya. Suatu hari,
beliau bermimpi menyembelih putranya, Ismail. Ismail pun memenuhi
perintah itu, Namun, Allah menggantikannya dengan seekor sembelihan yang
besar seperti tercantum dalam firman-Nya, "Tatkala anak itu sampai
(pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai
anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu! ' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai
ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. 'Maka ketika keduanya
telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas
pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah), lalu Kami panggil dia,
'Wahai Ibrahim, sungguh, engkau membenarkan mimpi itu. 'Sungguh,
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk
Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, 'Selamat
sejahtera bagi Ibrahim. 'Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami
yang beriman," (QS. As-Shaffat [37]: 102-111).
Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, beliau
bergegas ke Mekah. Saat itu, Ibrahim melihat Ismail tengah meruncingkan
anak panah di dekat sumur Zamzam. Mereka pun saling bersalaman dan
berpelukan. Nabi Ibrahim berkata, "Allah memerintahlan aku agar membangun Baitullah untuk-Nya". Ismail berkata, "Laksanakanlah perintah Rabbmu, aku akan membantu ayah dalam urusan agung ini."
Nabi Ibrahim pun mulai membangun Ka'bah, sedangkan Ismail menyodorkan batu untuknya. Ibrahim berkata pada Ismail, "Bawakan batu yang paling bagus, aku akan meletakkannya di salah satu sudut ini agar menjadi tanda bagi manusia."Jibril
lalu memberi tahu Ismail tentang Hajar Aswad: Batu yang diturunkan
Allah dari surga. Ismail pun menyodorkannya dan Ibrahim meletakan pada
tempatnya. Selama membangun, mereka berdua senantias berdoa, "Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui,"(QS. Al-Baqarah [2]: 127).
Ketika bangunan Ka'bah semakin tinggi, Nabi Ibrahim tidak mampu lagi
mengangkat bebatuan. Dia lantas berdiri di atas sebuah batu, yang
kemudian disebut maqam Ibrahim, hingga sempurnanya pembangunan
Baitullah. Allah kemudian memerintahkan Ibrahim menyeru umat manusia
agar melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman, "Serulah manusia
untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang
dari segenap penjuru yang jauh agar mereka menyaksikan berbagai manfaat
untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang
telah ditentukan atas rezeki yang diberikan-Nya kepada mereka berupa
hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nadzar-nadzar mereka, dan melakukan Thawaf di sekeliling
rumah tua (Baitullah)," (QS. Al-Hajj [22]: 27-29).
Pembangunan Masjidil Aqsha
Palestina merupakan daerah Arab sejak lebih dari 5000 tahun lalu
ketika bangsa-bangsa Semit bermigrasi ke wilayah tersebut. Bangsa Kan'an
bermukim di sana dan kemudian menjadi dua kelompok besar. Kelompok
pertama mendiami daerah Syam selat (Palestina dan Yordania Timur) dan
mereka disebuty bangsa Kan'an). Sementara itu, kelompok kedua tinggal di
daerah pantai Syam di antara Gunung Amanos dan Gunung Karmel. Mereka
lalu disebut sebagai bangsa Kan'an Laut atau bangsa Fenisia.
Bangsa Kan'an memiliki kerajaan-kerajaan yang unggul dalam bidang
pertanian dan perdagangan. Pada saat mereka yang berdomisili di wilayah
Palestina ini mulai membangun peradaban sejarah mereka di sana, Nabi
Ibrahim dan keponakannya, Nabi Luth berhijrah ke sana, seperti yang
telah kami sebutkan tentang dakwah beliau pada bab sebelumnya. Hal ini
juga sesuai dengan firman Allah, "Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam," (QS. Al-Anbiya' [21]: 71).
Masjidil Adsha yang diklaim Zionis Yahudi sebagai tanah dan sejarah
mereka secara dusta adalah nama tempat suci umat Islam di bumi
Palestina. Masjidil Aqsha adalah masjid kuno yang telah ada sejak zaman
Nabi Ibrahim hingga masa Nabi Muhammad. Di dalam as-Shahihain disebutkan
satu hadits riwayat Abu Dzar al-Ghifari yang pernah bertanya, "wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama dibangun di muka bumi?" Beliau menjawab, "Masjidil Haram." Dia bertanya lagi, "Lalu?" Beliau menjawab, "Masjidil Aqsha." "Berapa lama jarak (pembangunan) keduanya?" tanya Abu Dzar lagi. Beliau menjawab, "Empat puluh tahun."
Menurut para cendekiawan, Masjidi Aqsha lebih luas cakupannya
daripada sekadar bangunan yang memiliki nama tersebut. Menurut syariat,
semua bangunan yang berada di dalam pagar besar yang memiliki beberapa
pintu itu termasuk masjid. Ke lokasi masjid inilah disunahkan bepergian
dan di sanalah digandakan pahala shalat. Masjid ash-Shakhrah (Masjid
Kubah Batu [Dome of The Rock]) juga termasuk di dalamnya. Batu tersebut
memiliki sejarah leluhur. Orang pertama yang shalat di sana adalah Nabi
Adam. Nabi Ibrahim menjadikan tempat itu sebagai tempat ibadah dan
tempat sembelihan. Allah menyifati Nabi Ibrahim ini di dalam firman-Nya,
"Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk
orang-orang musyrik," (QS. Ali 'Iran [3]: 67).
Di tempat itu pula, Nabi Ya'qub membangun masjidnya setelah melihat
tiang dari cahaya di atasnya. Di sanalah Nabi Yusya' mendirikan kubah
zaman atau kemah tempat berkumpul yang dibuat oleh Nabi Musa di bumi Tih
(Sinai) sebagai tempat menerima wahyu. Di sana pula Nabi Dawud
membangun mihrabnya dan Nabi Sulaiman membangun masjid besar yang
dinisbahkan pada namanya sebagai tempat beribadah dan mengesakan Allah.
Batu itulah yang menjadi tempat berpijak Nabi Muhammad ketika beliau
diperjalankan pada malam mi'raj. Orang pertama yang membangun masjid di
atasnya pada periode keislaman adalah Khalifah Abdul Malik bin Marwan
al-Umawi, Ibnu Taimiyah berkata, "Masjidil Aqsha telah dibangun pada zaman Nabi Ibrahim dan direnovasi megah oleh Nabi Sulaiman."
Kisah Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim adalah putera Aazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau'
bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.. Ia
dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan
Babilonia yang saat itu diperintah oleh seorang raja zalim bernama
Namrudz bin Kan'aan. Sebelum itu tempat kelahirannya berada dalam
keadaan kucar-kacir. Ini adalah karena Raja Namrud mendapat petanda
bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan
merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah
dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi
pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud
mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan
semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan
lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
Walaupun berada dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi.
Isteri Aazar telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda
kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk
melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim
pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim
telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang
berhampiran. Selepas itu, dia memasuki batu-batu kecil dalam mulut
bayinya itu dan meninggalkannya keseorangan. Seminggu kemudian, dia
bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut melihat nabi
Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah
jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Semasa
berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah membesar dengan cepatnya
seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibubapanya berani
membawanya pulang kerumah mereka.
Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang sebenarnya
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama
politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme.
Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting.
Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan
karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil
nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung
tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh
keluarganya itu.
Dalam al-Quran Surah al-Anaam (ayat 76-78) menceritakan tentang
pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau
melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah
Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku
tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya
bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?"
Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya,
jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku
dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang
terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini
lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu
sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada
beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya
serta menerima tuhan yang sebenarnya.
Melihat tanda Kekuasaan Allah
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang
telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk
menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan
patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah
yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan
penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman
dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta
membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya
dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada
Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan
makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan
berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?."
Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan
percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali
melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia
menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti
bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping,
mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh
dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda
dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh
Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang
sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung
itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar
seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat
burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya
sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu
yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim
untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan
di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak
ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau
menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang
Dikehendaki-Nya.
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan
dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat
dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang
dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang
harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan
ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan
persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat
dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu
dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang
anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang
kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi
dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang
tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah
lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula
kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah
semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak
Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan
kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua
makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta
menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata
seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal
yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina
kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan
itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak
menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata
yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan diantara
mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim!
Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan
apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku
mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba
mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi
bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah
engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan
engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata
kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya
berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan
ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan
selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka
dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal
mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat
itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin
sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari
lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di
tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar
ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka
sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya
dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi
ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus
memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih
persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang
bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan
ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa apabila mereka sudah tidak
berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan
kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka
kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapa-bapa dan
nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka
tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat
dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu
menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau
dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan
menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah
Nabi Ibrahim menasihati mereka berkali-kali bahwa mereka dan bapa-bapa
mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi
Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan
perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka
sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak
berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia
bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya
yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar
kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan
dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil
meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan
mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai
-ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut
diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia
tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi
Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan
mereka bila ia turut serta.
"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi Ibrahim tatkala
melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak
terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun
pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak
ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah
ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan
patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil
menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap
kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:"Mengapa kamu tidak makan
makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan
berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu
dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di
tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang
pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta
ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka
hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas
lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah
seorang diantara mrk:"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah
yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia
adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada
di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik,
akhirnya terdpt kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah
yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota
beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau
penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan
mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru,
yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu
pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut
serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya
dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut
menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara
terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat
itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa,
kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka
hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari
pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok
berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia
disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang
telah berani menghancurkan persembahan mrk. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh
Raja Namrud:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan
tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim
menjawab:"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang
melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang
menghancurkannya." Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau
berkata:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap
dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah
masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan
atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan
kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian,
semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata
Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:"Jika demikian halnya, mengapa kamu
sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat
dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak
mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan
kamu itu! Tidakkah dapat kamu berpikir dengan akal yang sihat bahwa
persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh
syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu,
menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi
dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan
persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud
mencetuskan keputusan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup
sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan
tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir
menyaksikan pengadilan itu:"Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika
kamu benar-benar setia kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan
membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah
dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh
seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran
disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana
tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu
bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan
persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu
bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara
terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa
sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari
tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi
yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan
yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun
laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan
pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan
terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di
atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api
yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim
diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam
tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"Hai
api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam
bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap
tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan
rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban
keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang
terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia
merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali
temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus,
sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak
sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang
diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat
melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan
kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri
iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu
Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahwa tuhan nabi
Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan
beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri
itupun meluru ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi
Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari
terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah
syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin
membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari api tersebut beliau
serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang
kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapanya Azaar serta anak
saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tenteranya
puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian
lama, merekapun pulang dan mendapati bahwa Nabi Ibrahim turut terlepas.
Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah karena rakyatnya mula
hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu, beliau berazam pula
untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai
bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan
dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan
patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk
memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak
kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi
Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya
akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang
mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah
beralih ke pihak Nabi Ibrahim.
Kisah Nabi Ibrahim di dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran, nama Ibrahin as, disebutkan 69 kali yang tersebar di 25 surat,
yaitu pada QS. 2:124, 2:125, 2:126, 2:130, 2:131, 2:132, 2:135, 2:136,
2:140, 2:258, 2:260, 3:65, 3:67, 3:68, 3:84, 3:95, 3:97, 4:54, 4:125,
4:163, 6:74, 6:75, 6:76, 6:77, 6:78, 6:79, 6:80, 6:83, 6:161, 9:70,
9:114, 11:69, 11:70, 11:74, 11:75, 11:76, 12:6, 12:38, 14:35, 15:51,
16:120, 16:123, 19:41, 19:46, 19:58, 21:51, 21:60, 21:62, 21:69, 22:26,
22:43, 22:78, 26:69, 29:16, 29:31, 33:7, 37:83, 37:104, 37:109, 43:26,
51:24, 53:37, 57:26, 60:4, 78:19.
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 51-56, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah
kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui
(keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"
Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam
kesesatan yang nyata". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami
dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang
bermain-main?" Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan
langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang
yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". (QS. Al-Anbiyaa'
[21] : ayat 51-56)
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 57-64, Firman Allah SWT :
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim
membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang
terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim." Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ". Mereka
berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat
orang banyak, agar mereka menyaksikan". Mereka bertanya: "Apakah kamu,
yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"
Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat
berbicara". Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata:
"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)", (QS. Al-Anbiyaa' [21] : ayat 57-64)
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 65-72, Firman Allah SWT :
kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata):
"Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala
itu tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu
menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat
sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?" Ah
(celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu
tidak memahami? Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan
kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak". Kami berfirman: "Hai api
menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka
hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke
sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan
Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Yakub, sebagai
suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan
orang-orang yang saleh. (QS. Al-Anbiyaa' [21] : ayat 65-72)
Pada Surat Al-An'aam [6] : ayat 74-78, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan
(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya)
agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam." Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:
"Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari
terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka
tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?" Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An'aam [6] : ayat 74-82)
Pada Surat Asy-Syu'araa' [26] : ayat 69-82, Firman Allah SWT :
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata
kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?" Mereka menjawab:
"Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar
(do'a)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka
memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab:
"(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian". Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa
yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena
sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan
Semesta Alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang
menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan
mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS.
Asy-Syu'araa' [26] : ayat 69-82)
Pada Surat Asy-Syu'araa' [26] : ayat 83-89, Firman Allah SWT :
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah
aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan
jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh
kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah
termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan
aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak
laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'araa' [26] : ayat 83-89)
Pada Surat Ibraahiim [14] : ayat 35-41, Firman Allah SWT :
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya
berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka
barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya
Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami
sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) do'a. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah
do'aku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(QS. Ibraahiim [14] : ayat 35-41)
Pada Surat Huud [11] : ayat 69-76, Firman Allah SWT :
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah
datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
"Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian
Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala
dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh
perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata:
"Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang
diutus kepada kaum Luth." Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia
tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang
(kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yakub. Isterinya
berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal
aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang
sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."
Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah
datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami
tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang
penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim,
tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan
Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak
dapat ditolak. (QS. Huud [11] : ayat 69-76)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar