Dakwah Nabi Hud
Kaum 'Ad tinggal di daerah al-Ahqaf, tepatnya diantara ar-Rub' al-Khali dan Hadramaut. Allah berfirman, "Ingatlah (Hud) saudara kamu 'Ad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir," (QS.al-Ahqaf [46]: 21).
Allah telah memberikan mereka tubuh besar dan kuat, sebagaimana terekam dalam firman-Nya, "Ingatlah
ketika Dia menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah setelah kaum
Nuh, dan Dia lebihkan kalian dalam kekuatan tubuh dan perawakan," (QS. Al-A'raf [7]: 69).
Kaum 'Ad adalah kabilah Arab yang tinggal di bagian selatan Jazirah
Arab setelah kaum Nabi Nuh yang beriman selamat dari banjir dahsyat.
Mereka lalu membangun rumah, perindustrian, dan memiliki peradaban maju
yang belum pernah ada sebelumnya. Allah melukiskan kota mereka dalam
firman-Nya, "Tidakkah engkau (Muhammad) memerhatikan bagaimana Rabbmu
berbuat terhadap (kaum) 'Ad? (Yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum 'Ad)
yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun
(suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,"(QS. Al-Fajr [89]: 6-8).
Para sejarawan menggambarkan secara detail kota ini dengan
menyebutkan berbagai istana mereka yang begitu besar, megah, dihiasi
batu-batu permata, dan dikelilingi pagar-pagar tinggi. Beragam nikmat
dan kebaikan yang melimpah ruah ini selayaknya mereka syukuri. Akan
tetapi, mereka justru tenggelam dalam kenikmatan-kenikmatan fisik dan
kesenangan duniawi. Mereka lantas menyembah tiga berhala, yaitu Shada,
Shamud, dan Haba.
Allah kemudian mengutus Nabi Hud untuk mengajak mereka ke jalan yang
lurus setelah sebelumnya menyekutukan Allah. Mereka menyekutukan Allah
tanpa didasari bukti nyata. Kaum 'Ad pun menyingkirkan syariat Allah
dari kehidupan mereka. Allah berfirman, "(kaum) 'Ad telah mendustakan
para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, 'Mengapa
kalian tidak bertakwa?Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang
diutus) kepada kalian. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Dan, aku tidak meminta imbalan kepada kalian atas ajakan itu;
imbalanku hanyalah dari Rabb seluruh alam. Apakah kalian mendirikan
istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa
ditempati, dan kalian membuat benteng-benteng dengan harapan kalian
hidup kekal? dan, apabila kalian menyiksa, maka kalian lakukan secara
kejam dan bengis. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Dan, tetaplah kalian bertakwa kepada-Nya yang telah menganugerahkan
kepada kalian apa yang kalian ketahui.Dia (Allah) telah menganugerahkan
kepada kalian hewan ternak, anak-anak, kebun-kebun, dan mata air," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 123-134)
Nabi Hud mengajak kaumnya dengan cara yang baik, tetapi mereka justru menentang ajakan beliau. Allah berfirman, "Mereka
berkata, 'Apakah kedatanganmu kepada kami agar kami hanya menyembah
Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang
kami? Maka, buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!' "(QS. Al-A'raf [7]: 70).
Ketika Hud menggunakan segala cara yang meyakinkan untuk memberi
petunjuk kepada kaumnya, tanda-tanda kesombongan dari mereka pun mulai
tampak dalam menentang ajaran beliau. Mereka berkata kepada beliau
sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, "mereka menjawab, 'sama saja
bagi kami, apakah engkau memberi nasihat. (Agama kami) ini tidak lain
hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu. Dan kami (sama sekali)
tidak akan diadzhab,"(QS. Asy-Syu'ara' [26]: 136-138).
Allah pun mengadzhab mereka dengan adzhab yang sangat pedih setelah
Nabi Hud beserta pengikutnya yang beriman diselamatkan. Peristiwa
tersebut terekam dalam Al-Qur'an, "Maka ketika mereka melihat adzhab
itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata,
'Inilah awan yang akan menurunkan huja kepada kita.' (Bukan!) Tetapi
itulah adzha yang kalian minta agar disegerakan datangnya, (yaitu) angin
yang mengandung adzab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu
dengan perintah Rabbnya, sehingga mereka (kaum 'Ad) menjadi tidak tampak
lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.
Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa,"(QS. Al-Ahqaf [46]: 24-25).
Wilayah Kaum 'Ad
Al-Qur'an menyebutkan wilayah kaum 'Ad terbatas di daerah al-Ahqaf.
Al-Ahqaf ialah jamak dari hiqf yang berarti padang pasir. Al-Qur'an
tidak menentukan lokasi tepatnya. Akan tetapi beberapa ahli menyebutkan
bahwa wilayah itu berada diantara Yaman dan Oman.
Majalah A m'intresse Prancis menjelaskan motif hancurnya peradaban
kota Iram atau Ubar. Kota tersebut telah dilanda badai pasir yang sangat
dahsyat. Badai pasir itu telah mampu menimbun kota tersebut dengan
ketebalan mencapai sekitar 12 meter. Peristiwa ini dikuatkan juga oleh
Al-Qur'an dalam surah Fushshilat.
"Maka, Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka
dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu
merasakansiksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan
adzhab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi
pertolongan," (QS. Fushshilat [41]: 16).
Data sejarah mengungkapkan bahwa di wilayah al-ahqaf telah terjadi
perubahan iklim dari tanah subuh menjadi gurun sahara. Sebelumnya,
daerah tersebut merupakan tanah yang produktif; wilayahnya luas dan
membentang hijau, seperti yang diinformasikan Al-Quran labih dari 1400
tahun yang lalu.
Gambar yang diperoleh salah satu satelit buatan milik Badan Antariksa
Amerika Serikat (USA), NASA tahun 1990 telah mengungkap tentang sistem
saluran dan bendungan kuno yang pernah dipergunakan kaum 'Ad sebagai
irigasi. Bendungan dan saluran air ini mampu memasok kebutuhan air untuk
masyarakat sampai 200.000 orang. Hal itu sebagaimana pengambilan gambar
aliran dua sungai kering yang berada di dekat pemukiman kaum 'Ad. Salah
seorang peneliti yang melakukan penelitian di wilayah tersebut
menyebutkan bahwa wilayah yang berada di sekitar kota Ma'rib sangat
subur. Dipastikan seluruh daerah yang membentang antara kota Ma'rib dan
Hadramaut adalah perkebunan.
Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad
'Ad adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu
tempat bernama Al-Ahqaf terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan
Umman, yang termasuk suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal
dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan kuat.
Mereka dikarunia oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya
yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka
bercocok tanam untuk bahan makanan mereka. dan memperindah tempat
tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat karunia
Tuhan itu mereka hidup makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu
yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar
diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana kaum Nabi Nuh, kaum Hud (suku 'Ad) ini tidak mengenal Allah
Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang
diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan
mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan,
kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan
segala musibah. Ajaran Nabi Idris as dan Nabi Nuh as sudah tidak
berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Mereka
tenggelam dalam kenikmatan hidup, berkat tanah yang subur dan memberikan
hasil yang melimpah ruah. Menurut anggapan mereka adalah karunia dan
pemberian kedua berhala yang mereka sembah. Karenanya mereka senantiasa
sujud kepada kedua berhala itu, mensyukurinya sambil memohon
perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau
kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu, pergaulan hidup
mereka dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai
moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan
tindak-tanduk seseorang. Tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang
menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang dalam
masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah, yang besar memperkosa
yang kecil, dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat
sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang
didorong oleh hawa nafsu yang merajalela dan menguasai penghidupan
mereka, sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan,
sayang menyayangi, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran
masyarakat suku 'Ad tatkala Allah mengutus Nabi Hud sebagai nabi dan
rasul kepada mereka.
Nabi Hud bersama Kaumnya
Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam ke bumi bahwa dari
masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang
sesat, sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh
Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk
menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya. Dan
mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalan yang lurus dan
benar, serta mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik.
Kemudian menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang
sesuai dengan fitrah.
Demikianlah, maka kepada suku 'Ad yang telah dimabukkan oleh
kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenal
Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuslah kepada mereka, Nabi Hud
seorang dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan
berpengaruh serta terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik,
budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dengan
kawan-kawannya. Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian
kaumnya suku 'Ad kepada tanda-tanda adanya Allah, yang berupa alam
sekeliling mereka. Dan bahwa Allahlah yang menciptakan mereka semua
serta memberi karunia kepada mereka dengan segala kenikmatan hidup yang
berupa tanah subur, air yang mengalir serta tumbuh-tumbuhan yang tegak
dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung
yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan
paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah
batu-batu yang dapat mereka hancurkan sendiri.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah utusan Allah yang diberi
tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah
yang menciptakan mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi
rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan
menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan
yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan
mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka terhadap
ajakan dan dakwahnya. Maka mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh
Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam
dalam air bah akibat kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi
Nuh, serta tetap bertahan pada kepercayaan mereka kepada berhala dan
patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum 'Ad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak
pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi
Hud itu akan mengubah cara hidup mereka serta mengubah peraturan dan
adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang
mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka
serta menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang
baru, yang tidak mereka kenal dan tidak diterima oleh akal pikiran
mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu
dengan berbagai alasan dan tuduhan negatif terhadap diri beliau serta
ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh
kesabaran.
Berkatalah kaum 'Ad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah
yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami
meninggalkan sesembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini,
dan menyembah tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera
kami dan tuhan yang menurut kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang
kami lakukan inilah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan
tidak sesekali kami akan meninggalkannya, bahkan sebaliknya engkaulah
yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jangan
mencederai kepercayaan serta agama kami dengan membawa suatu agama baru
yang tidak kami kenal.
"Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini
kepada kamu untuk menyembah-Nya, walaupun kamu tidak dapat
menjangkau-Nya dengan pancainderamu, namun kamu dapat melihat dan
merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya. Dan dalam
alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari, bulan
dan bintang-bintangnya, serta bumi dengan gunung-gunungnya, sungai,
tumbuh-tumbuhan, dan binatang-binatang yang kesemuanya bermanfaat bagi
kamu sebagai manusia. Dan membuat kamu dapat menikmati kehidupan yang
sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan
menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu,
tidak beranak dan tidak diperanakan. Walaupun kamu tidak dapat
menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia ada didekatmu, serta mengetahui
segala gerak-gerik dan tingkah lakumu, mengetahui isi hatimu, denyut
jantungmu dan jalan pikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh
manusia dengan kepercayaan penuh kepada KeEsaan-Nya dan kekuasaan-Nya,
dan bukan patung-patung yang kamu buat dengan tanganmu sendiri, kemudian
kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif, tidak
dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah
bodohnya dan dangkalnya pikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu
yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan
kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
"Wahai Hud!" jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau
berpandangan dan berpikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan
hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama
nenek moyangmu sendiri. Bahkan membuatmu menghina dan merendahkan
martabat tuhan-tuhan kami, serta membodohi kami dan menganggap kami
berakal sempit dan berpikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau
terpilih menjadi rasul utusan Tuhanmu untuk membawa agama dan
kepercayaan baru kepada kami, dan mengajak kami keluar dari jalan yang
sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa
heran dan tidak dapat diterima akal kami sendiri bahwa engkau telah
dipilih menjadi utusan Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang
daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia
biasa seperti kami, hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan
kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut
anggapan kami, seorang pendusta besar atau mungkin engkau berpikiran
tidak sehat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau ejek
hina dan cemoohkan."
"Wahai kaumku!" jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan
pikiranku tetap waras dan sehat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah
bahwa patung-patung yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan
gangguan atau penyakit bagi badanku atau pikiranku. Kamu kenal aku,
sejak lama aku hidup di tengah-tengah kalian, bahwa aku tidak pernah
berdusta dan berbohong. Sepanjang pergaulanku dengan kalian, tidak
pernah terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau
tanda-tanda yang meragukan kewarasan pikiranku dan kesempurnaan akalku.
Aku adalah benar utusan Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat dan sudah jauh
menyimpang dari jalan yang benar, yang diajar oleh nabi-nabi yang
terdahulu. Karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu
lama terlantar dalam kesesatan, dan hidup dalam kegelapan tanpa
diutus-Nya seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan
penghidupan yang diridhai-Nya. Maka percayalah kamu kepadaku, gunakanlah
akal pikiranmu, berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan seru
sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan langit dan bumi,
menurunkan hujan dan menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan. Bersembahlah kepada-Nya dan mohon ampunlah atas segala
perbuatan salah dan tindakan sesatmu. Agar Dia menambah rezekimu dan
kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana
yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah
bahwa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kuburmu, dan dimintai
pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu di dunia ini, dan amalanmu
yang baik mendapat ganjaran baik, serta yang hina dan buruk akan
mendapat ganjaran api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah
kepada kamu, dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang
akan menimpa dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum 'Ad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahwa
engkau telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami, sehingga menyebabkan
pikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah
mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti
agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahwa kami
akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran
atas segala amalan kami. Mungkinkah kami akan dibangkitkan kembali dari
kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah
azab serta siksaan yang engkau ancamkan kepada kami? Semua ini kami
anggap bohong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu
dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan siksa yang engkau
bayang-bayangkan kepada kami. Bahkan kami menentang kepadamu,
datangkanlah apa yang engkau ancamkan itu, jika benar kata-katamu dan
bukan seorang pendusta."
"Baiklah!", jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku
dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan
persembahanmu kepada berhala-berhala itu. Maka tunggulah saat tibanya
pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari
bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan
risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu, dan akan tetap berusaha
sepanjang hidupku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang
baik, yang telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum 'Ad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Ad yang tetap membangkang itu diturunkan
dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda
ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan
kegelisahan. Sehingga mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang
dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud
masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu
permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan. Dan bahwa Allah masih
memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan mereka dan
kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan sesembahan mereka yang
batil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Sehingga hujan
turun kembali dan terhindar dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan
tetapi mereka tetap belum percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu
adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap
berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka
hadapi.
Tantangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud,
segera mendapat jawapan dengan datangnya musibah tahap kedua. Yaitu
dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di
atas mereka, yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira. Karena
dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan
menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat
sikap kaum 'Ad yang sedang bersuka ria itu, berkatalah Nabi Hud: "Mega
hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu, tetapi mega
yang akan membawa kehancuranmu sebagai pembalasan Allah untuk
membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu
dustai".
Sesaat kemudian menjadi kenyataanlah apa yang disampaikan Nabi Hud itu,
bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu. Tetapi angin
taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang merusakkan
bangunan-bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua
perabot-perabot dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum 'Ad menjadi panik, mereka berlari kesana sini
mencari perlindungan. Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu
juga kehilangan anaknya, sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan
tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama delapan hari tujuh
malam, sehingga menamatkan riwayat kaum 'Ad dalam keadaan yang
menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan bagi umat-umat yang akan
datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat
perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan
cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari
kaum 'Ad, pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke
Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat
dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas
sebuah bukit, sekitar 50 km dari kota Siwun, dikunjungi para penziarah
yang datang dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Sya'ban.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan dalam 7 ayat, yaitu Surat Hud [11]: ayat 50,
53, 58, 60, dan 89, Surat Al-A'raaf [7]: ayat 65, Surat Asy-Syu'araa
[26]: ayat 124.
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 50-55, Firman Allah SWT :
Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta
upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah
yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?" Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan
Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa." Kaum 'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak
mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali
tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan
kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan
melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila
atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan
saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu
dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
(QS. Hud [11]:50-55)
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 56-60, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu.
Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus." Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa
(amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak
dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku
adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. Dan tatkala datang azab Kami,
Kami selamatkan Huud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan
rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari
azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari
tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah
dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi
menentang (kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia
ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad
itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad
(yaitu) kaum Huud itu. (QS. Huud (Hud) [11] : ayat 56-60)
Pada Surat Asy-Syu'araa [26] : ayat 123-140, Firman Allah SWT :
Kaum 'Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku
adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak
minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari
Tuhan semesta alam. Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi
bangunan untuk bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan
maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka
kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar". Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali tidak akan di "azab". Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS. Asy-Syu'araa [26] : ayat 123-140)
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik serta patut ditiru
dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau
menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh
kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas
ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan hal yang serupa. Tetapi
menolaknya dengan kata-kata yang halus, yang menunjukkan bahwa beliau
dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau
kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan
menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut
menolak tuduhan dan ejekan itu dengan berkata:"Aku tidak gila dan bahwa
tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu
pikiranku sedikit pun, aku ini adalah rasul utusan Allah kepadamu dan
betul-betul aku adalah seorang yang jujur bagimu, menghendaki kebaikanmu
dan kesejahteraan hidupmu, agar kamu terhindar dan selamat dari azab
dan siksaan Allah di dunia maupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya, Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati
nurani mereka dan mengajak mereka berpikir secara rasional, menggunakan
akal dan pikiran yang sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat
diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya, kesesatan jalan
mereka. Juga hidayah itu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada
siapa yang Dia kehendakinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar