Selasa, 14 Januari 2014

Pengaruh Sifat Iri


Di antara banyak permasalahan sosial yang sarat dengan nuansa psikologis adalah persoalan sosial-emosional. salah satunya adalah IRI. menurut beberapa ahli (Hareli & Weiner, 2002 ; Hughes, 2001 ; Joffe, 2002 ; Norman, 2002 ; Williams, 2003) IRI dapat menyebabkan persoalan sosial yang serius. Sebagai konsep psikologi, dalam relasi sosial IRI memiliki muatan emosi yang sangat tinggi. IRI bukan hanya emosi negatif dan dapat mengakibatkan relasi sosial menjadi buruk tetapi juga berkembang dari kondisi psikologi yang negatif, antara lain perasaan inferior (merasa rendah diri).

Dalam penelitian yang saya miliki, pada umumnya responden menyamakan pengertian IRI dengan cemburu, dengki, dan sirik. Padahal ketiga ungkapan ini memiliki konsep yang berbeda walaupun maknanya mendekati IRI. Hal ini menunjukkan secara konseptual IRI belum sepenuhnya dipahami oleh responden.

Ada 4 kategori mengenai pola relasi iri terhadap orang lain dan diirikan orang lain:
1. pernah merasa iri dan merasa diirikan orang lain memiliki kecenderungan envied personality (Richard, 2000 ; Wigley, 2000)

2. pernah merasa iri tapi tidak merasa diirikan orang lain memiliki kecenderungan merasa rendah diri (inferior)

3. tidak pernah merasa iri tapi merasa diirikan orang lain memiliki kecenderungan merasa hal yang ada pada dirinya sudah memadai dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi atau bahkan terlalu percaya diri sehingga memandang orang lain iri padanya (Vecchio, 2005)

4. tidak pernah merasa iri dan tidak merasa diirikan orang lain memiliki kecenderungan menerima kenyataan yang ada pada dirinya dan melihat apa yang terjadi pada orang lain memang sudah seharusnya terjadi (Wigley, 2000).

Alasan iri dan diirikan Berdasarkan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan kategorisasi dan terdapat beberapa aspek sbg berikut:
1. Umum: mencakup hal-hal yang relatif luas dan tidak spesifik
2. 'Sesuatu': hampir mirip dengan aspek umum tapi tidak disebutkan
3. Nasib: berkaitan dengan nasib dan keberuntungan yang diperoleh
4. Gender: perbedaan peran dan posisi laki-laki dan perempuan
5. Keluarga: kondisi keluarga dan lebih menggambarkan pada relasi, kehangatan, kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga
6. Materi: kondisi ekonomi dan kesejahteraan
7. Akademis: prestasi akademis
8. Pengembangan pribadi: capaian dan prestasi individu yang diperoleh dalam hal pengembangan diri
9. Fisik: kondisi fisik dan penampilan
10. Relasi sosial: lebih populer, banyak teman, dsb
11. Cinta: hubungan romantis antar individu
12. Religius: keshalehan individu

Penelitian ini menggali data tentang tindakan yang dilakukan oleh responden ketika mengalami IRI. Seperti menjadikan IRI sebagai sebuah motivasi, instropeksi, bilang kepada orang yang diirikan, menjalin relasi, meminta saran, meminta apresiasi, memendam, bersaing, menghindar, mengontrol emosi, dll. Variasi tanggapan, tindakan dan sikap yang diungkapkan responden ketika IRI cukup variatif. Hal yang agak mengejutkan adalah banyak munculnya pernyataan-pernyataan yang mencerminkan tanggapan, tindakan, dan sikap netral dan positif walaupun merasa IRI terhadap seseorang (seperti menjadikan rasa IRI sebagai motivasi, menjalin relasi yang baik, dst). Pada sisi lain harus diakui bahwa jawaban tersebut merupakan respons yang secara metodologis berpotensi mengandung social desirability tinggi karena responden mengisi sendiri jawabannya. Dalam penelitian ini juga tidak ada elaborasi atau probing atas jawaban yang muncul.

Jadi, dalam penelitian ini ditemukan terdapat upaya-upaya positif ketika rasa IRI muncul bahkan IRI juga bisa dijadikan sebagai motivasi untuk pengembangan diri.

Langkah pertama: Terimalah kenyataan bahwa rasa iri adalah sesuatu yang selalu akan kita rasakan setiap saat. Sadarilah bahwa kita tidak bisa sekaligus menjadi jutawan, seorang jenius, sekaligus menjadi ratu kecantikan. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai satu titik keberhasilan. Tak ada salahnya membangkitkan rasa bangga karena memiliki orang-orang yang memperhatikan kita.

Langkah kedua Kenalilah situasi-situasi tertentu yang membuat kita merasa iri. Apakah selama ini anda tetap mencoba untuk memenuhi harapan orang tua atau mengangan-angankan sesuatu yang tidak beralasan mengenai bagaimana hidup ini seharusnya?

Langkah ketiga Berpikirlah bagaimana anda mengendalikan rasa iri ketika kita merasakannya. Cara yang terburuk adalah hanya dengan duduk melamun memikirkan mengenai rasa iri itu atau menyalahkan obyek dari rasa iri.

Langkah keempat Kembangkanlah cara-cara positif untukmenanggulangi rasa iri. Pusatkan pada apa yang anda miliki dan cobalah untuk mengingat-ngingat mengapa anda memilih untuk melakukannya. Percayalah, tidak ada kata terlambat untuk mengubahnya. Jika rasa iri dapat menyebabkan anda melakukan perubahan-perubahan yang konstruktif, itu berarti kita telah belajar bagaimana mengatasi rasa iri tersebut

Langkah terakhir Kenalilah perbedaan antara rasa iri yang sifatnya sementara dan yang kronis. Semoga kita semuanya mampu memakna dari segala makna kata, kalimat, pikiran dan perbuatan. Segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, itu dikarenakan diri kita sendirilah sebagai penyebab utamanya. Semoga perubahan hidup dimiliki oleh kita semuanya, karena tidak ada satu orangpun yang menginginkan dirinya teraniaya dan terbentang dalam kesunyian diri.
Sumber: Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar