Mengangankan
sukses dan kehidupan yang licin bukan suatu dosa. Dan itu juga menjadi hak
setiap orang, yang jadi masalah adalah penuangannya dalam bentuk kehidupan
nyata, yang bisa dirasakan secara kongkrit. Kehidupan nyata tak selalu indah
bak cerita dongeng. Jalan yang ditempuh tak selalu selicin kaca, cukup banyak
kerikil yang terserak di perjalanan, siap menghambat langkah. Munculnya onak
dan duri di perjalanan yang seringkali membuat langkah tertegun dan tersendat bukan mustahil kita jumpai. Tapi itu bukan
berarti kita boleh terhanyut dalam kesedihan atau penyesalan yang berlarut.
Langkah masih teramat panjang untuk mencapai cita mewujudkan angan yang
tersimpan di dalam benak. Reaksi yang bisa muncul ketika berhadapan dengan
kondisi yang tidak enak itu ada bermacam-macam. Ada yang segera dirundung kelabu, ada yang menjelma
menjadi manusia apatis, acuh tak acuh, ada pula yang meratap berkepanjangan.
Kegagalan memang bukan sesuatu yang menyenangkan untuk ditatap. Tapi jangan
lupa, kehadirannya dalam hidup kita sesungguhnya membawa nilai yang tiada kecil
artinya. Sebenarnya onak dan duri itu bukan Cuma bersumber dari kegagalan.
Sukses yang kita raih pun bisa berubah menjadi duri kalau kita tak
pandai-pandai menjaga diri. Nah, bagaimana caranya supaya kita bisa tampil
sukses dan meyakinkan dalam segala cuaca?
Menatap
Kegagalan Ambisi, cita, dan harapan adalah milik manusia, yang bervariasi mulai
dari bentuk yang sederhana sampai yang paling “wah.” Ada yang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang
di langit, dan ada pula yang Cuma setinggi pohon kencur dipekarangan rumah.
Mungkin harapan yang tertanam hanya seluas pelukan tangan, tapi mungkin pula
sepelukan Gunung Mahameru. Ada yang berambisi menjadi pimpinan Kaliber dunia,
dan ada pula yang Cuma ingin mencapai pangkat ketua RT saja. Kemungkinan untuk
gagal selalu ada, seperti juga kemungkinan munculnya sukses. Usaha yang kita
lakukan selalu menjanjikan dua alternatif, sukses atau gagal. Biasanya
kegagalan mengundang rasa kecewa, frustasi. Nah, besar kecilnya kekecewaan yang
kita alami banyak tergantung pada besar kecilnya harapan yang tertanam, tinggi
rendahnya cita, dan tingkat ambisi yang memenuhi dada kita. Dan bicara tentang
frustasi, ambang rasa ini berbeda pada setiap orang, yang juga dipengaruhi oleh
besar kecilnya nyali seseorang. Satu hal yang jelas dan harus kita camkan
adalah, bahwa kegagalan itu perlu ditatap, jangan dihindarkan atau dicoba
sembunyikan. Tataplah dia, kalau kita memang ingin sukses dan mampu memetik
buah dari pengalaman kita. Kita masih ingat pepatah “pengalaman adalah guru
yang terbaik?” nah, ungkapan itulah yang paling tepat untuk direnungi dan
diresapikan dalam-dalam. Menatap kegagalan dan menyimaknya dengan teliti akan
membawa kita kepada fakta yang membeberkan penyebab kegagalan. Dan kalau kita
mampu menjadikannya pengalaman berharga, kita pun tak perlu meniru keledai yang
terpaksa terantuk pada batu yang sama.
Sumber: Group Facebook Belajar Tiada Akhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar