Di antara banyak permasalahan sosial yang sarat dengan nuansa psikologis
adalah persoalan sosial-emosional. salah satunya adalah IRI. menurut beberapa
ahli (Hareli & Weiner, 2002 ; Hughes, 2001 ; Joffe, 2002 ; Norman, 2002 ;
Williams, 2003) IRI dapat menyebabkan persoalan sosial yang serius. Sebagai
konsep psikologi, dalam relasi sosial IRI memiliki muatan emosi yang sangat
tinggi. IRI bukan hanya emosi negatif dan dapat mengakibatkan
relasi sosial menjadi buruk tetapi juga berkembang dari kondisi psikologi yang
negatif, antara lain perasaan inferior (merasa rendah diri).
Dalam penelitian yang saya miliki, pada umumnya responden menyamakan
pengertian IRI dengan cemburu, dengki, dan sirik. Padahal ketiga ungkapan ini
memiliki konsep yang berbeda walaupun maknanya mendekati IRI. Hal ini
menunjukkan secara konseptual IRI belum sepenuhnya dipahami oleh responden.
Ada 4 kategori mengenai pola relasi iri terhadap orang lain dan diirikan
orang lain:
1. pernah merasa iri dan merasa diirikan orang lain memiliki kecenderungan
envied personality (Richard, 2000 ; Wigley, 2000)
2. pernah merasa iri tapi tidak merasa diirikan orang lain memiliki
kecenderungan merasa rendah diri (inferior)
3. tidak pernah merasa iri tapi merasa diirikan orang lain memiliki
kecenderungan merasa hal yang ada pada dirinya sudah memadai dan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi atau bahkan terlalu percaya diri sehingga memandang
orang lain iri padanya (Vecchio, 2005)
4. tidak pernah merasa iri dan tidak merasa diirikan orang lain memiliki
kecenderungan menerima kenyataan yang ada pada dirinya dan melihat apa yang
terjadi pada orang lain memang sudah seharusnya terjadi (Wigley, 2000).
Alasan iri dan diirikan Berdasarkan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan
kategorisasi dan terdapat beberapa aspek sbg berikut:
1. Umum: mencakup hal-hal yang relatif luas dan tidak spesifik
2. 'Sesuatu': hampir mirip dengan aspek
umum tapi tidak disebutkan
3. Nasib: berkaitan dengan nasib dan keberuntungan yang diperoleh
4. Gender: perbedaan peran dan posisi laki-laki dan perempuan
5. Keluarga: kondisi keluarga dan lebih menggambarkan pada relasi,
kehangatan, kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga
6. Materi: kondisi ekonomi dan kesejahteraan
7. Akademis: prestasi akademis
8. Pengembangan pribadi: capaian dan prestasi individu yang diperoleh
dalam hal pengembangan diri
9. Fisik: kondisi fisik dan penampilan
10. Relasi sosial: lebih populer, banyak teman, dsb
11. Cinta: hubungan romantis antar individu
12. Religius: keshalehan individu
Penelitian ini menggali data tentang
tindakan yang dilakukan oleh responden ketika mengalami IRI. Seperti menjadikan
IRI sebagai sebuah motivasi, instropeksi, bilang kepada orang yang diirikan,
menjalin relasi, meminta saran, meminta apresiasi, memendam, bersaing,
menghindar, mengontrol emosi, dll. Variasi tanggapan, tindakan dan sikap yang
diungkapkan responden ketika IRI cukup variatif. Hal yang agak mengejutkan adalah
banyak munculnya pernyataan-pernyataan yang mencerminkan tanggapan, tindakan,
dan sikap netral dan positif walaupun merasa IRI terhadap seseorang (seperti
menjadikan rasa IRI sebagai motivasi, menjalin relasi yang baik, dst). Pada
sisi lain harus diakui bahwa jawaban tersebut merupakan respons yang secara
metodologis berpotensi mengandung social desirability tinggi karena responden
mengisi sendiri jawabannya. Dalam penelitian
ini juga tidak ada elaborasi atau probing atas jawaban yang muncul.
Jadi, dalam penelitian ini ditemukan terdapat upaya-upaya positif ketika
rasa IRI muncul bahkan IRI juga bisa dijadikan sebagai motivasi untuk
pengembangan diri.
Langkah pertama: Terimalah kenyataan bahwa rasa iri adalah sesuatu yang
selalu akan kita rasakan setiap saat. Sadarilah
bahwa kita tidak bisa sekaligus menjadi jutawan, seorang jenius, sekaligus
menjadi ratu kecantikan. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk
mencapai satu titik keberhasilan. Tak ada salahnya membangkitkan rasa bangga
karena memiliki orang-orang yang memperhatikan kita.
Langkah kedua Kenalilah situasi-situasi tertentu yang membuat kita
merasa iri. Apakah selama ini anda tetap mencoba untuk memenuhi harapan orang
tua atau mengangan-angankan sesuatu yang tidak beralasan mengenai bagaimana
hidup ini seharusnya?
Langkah ketiga Berpikirlah bagaimana anda mengendalikan rasa iri ketika
kita merasakannya. Cara yang terburuk adalah
hanya dengan duduk melamun memikirkan mengenai rasa iri itu atau menyalahkan
obyek dari rasa iri.
Langkah keempat Kembangkanlah cara-cara positif untukmenanggulangi rasa
iri. Pusatkan pada apa yang anda miliki dan cobalah untuk
mengingat-ngingat mengapa anda memilih untuk melakukannya. Percayalah, tidak
ada kata terlambat untuk mengubahnya. Jika rasa iri dapat menyebabkan anda
melakukan perubahan-perubahan yang konstruktif, itu berarti kita telah belajar
bagaimana mengatasi rasa iri tersebut
Langkah terakhir Kenalilah perbedaan antara rasa iri yang sifatnya
sementara dan yang kronis. Semoga kita semuanya mampu memakna dari segala makna
kata, kalimat, pikiran dan perbuatan. Segala sesuatu yang terjadi pada diri
kita, itu dikarenakan diri kita sendirilah sebagai penyebab utamanya. Semoga
perubahan hidup dimiliki oleh kita semuanya, karena tidak ada satu orangpun
yang menginginkan dirinya teraniaya dan terbentang dalam kesunyian diri.
Sumber: Berbagai Sumber