Ainiyafaida-Suatu ketika seorang pengrajin batu berjalan di
gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna coklat
kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan kenampakan luarnya relatif
lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin tersebut mengayunkan
godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkahan batu sebesar
kepala, dan mulai terlihat warna aslinya dari batu tersebut adalah
putih.
Gambar: akikbatu.blogspot.com |
Dibawanya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda
(alat pemotong batu), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu
sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaan yang kasar dan dipoles.
Siang dan malam, ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari
warna batu yang putih dan kasar, berangsur-angsur menjadi putih,
mengkilap dan licin.
Pengrajin tersebut itu tahu betul kesempurnaan
bentuk sebuah batu penghias cincin, akhirnya terciptalah sebuah batu
yang bernilai
Renungan :
Sebenarnya alam memberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah
sebongkah batu kusam, kondisi lapuk, berlumut dan rapuh adalah kondisi
kita yang tidak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda,
percikan api, polesan amplas adalah gambaran dari cobaan yang datang
untuk menempa kita. Terkadang kita menolak cobaan yang datang, tetapi
sebenarnya cobaan tersebut adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta
untuk membentuk kepribadian kita sehingga kita bisa terlihat bersinar.
Sekarang mari kita pikirkan, dimanakah posisi kita? Apakah kita seonggok
batu yang tidak berharga? Ataukah kita seonggok batu yang sedang
mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai
yang mahal?
Sumber: Group Facebook "Belajar Tiada Akhir"
Sumber: Group Facebook "Belajar Tiada Akhir"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar