Pengalaman adalah guru yang paling
berharga. Begitulah pepatah bijak untuk menggambarkan bahwa setiap pengalaman
dapat menjadi pembelajaran banyak pihak pada masa yang akan datang. Agaknya pepeatah
tersebut memiliki relevansinya ketika melihat pengalaman banjir Sungai Bengawan
Solo yang dalam setiap tahun dikala musim hujan kerap kali mengalami banjir
yang menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materiil yang tidak sedikit.
Degradasi lahan dan terjadinya dampak
perubahan iklik pada akhir-akhir ini menjadi penyebab utama banjir terjadi di
daerah alirasn Sungai Bengawan Solo dan Bengawal Madiun.
Sebagai upaya untuk meningkatkan
kesiapsiaagaan diperlukan koordinasi dan kerjasama semua elemen, baik
pemerintah, masyarakat, CSO (Civil Society Organization) maupun pihak swasta
dan perguruan tinggi. Dengan melihat panjang Sungai Bengawan Solo yang mencapai
600 km dari Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah sampai Kabupaten Gresik Jawa Timur,
tentu saja ketika terjadi banjir akan berdampak luas didesa-desa yang
berdekatan dengan aliran Sungai Bengawan Solo. Tercatat 12 kabupaten di 2
propinsi yang dilalui Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.
Mengenai hal tersebut Yayasan Lestari
Indonesia bekerjasama dengan Oxfam melaksanakan kegiatan Workshop Kesiapsiagaan
Banjir Sungai Bengawan Solo yang dilaksanakan dari tanggal 17 sampai 18
Desember 2013 yang berlokasi di Hotel Riyadi Palace.
Adapun beberapa yang dihasilkan dari
Workshop Kesiapsiagaan Banjir Sungai Bengawan Solo menemukan beberapa masalah serta
harapan terkait penanganan banjir, masalah dan harapan ini dikemukakan dalam
FGD (Focus Group Discussion) atau Kelompok Diskusi Terarah.
1. Belum ada restrukturisasi aliran
Bengawan Solo secara Konfrehensif/ ada kisah sukses di Madiun dan Lamongan
2. Belum adanya penerapan standard
konstruksi tahan banjir dalam perencanaan bangunan
3. Belum adanya masterplan penanganan
bencana banjir Bengawan Solo secara Nasional
4. Banjir belum menjadi isu strategis
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
5. Belum ada pembangunan waduk /embung
baru
6. Beluma ada sinergi para pihak dalam
penanganan banjir
- BP DAS Kementrian Kehutanan
- BBWS Kementrian PU
- Kemenrtrian Pertanian
- Kemententrian Lingkungan Hidup
- BNPB
- Jasa Tirta
Adapaun Harapan-Harapan
1. Ada proses usulan bottom up dalam hal
kelengkapan fasilitas ke daerah-daerah sesuai dengan kondisi wilayah
2. Adanya program restrukturusasi
Bengawan Solo yang dilaksanakan secara menyeluruh antara lain:
- Pelurusan struktur aliran bengawan
solo atau sudetan
- Pembuatan tanggul di sepanjang sungai
Bengawan Solo
- Normalisasi Bengawan Solo dan Kali
Madiun
3. Perlu penyususan materplan penanganan
Bencana Banjir Bengawan Solo dan Madiun yang melibatkan multi pihak
4. Banjir menjadi bagian dari isu
strategis perencanaan pembangunan pemerintah pusat dan daerah
5. Adanya pembangunan waduk dan embung
baru untuk menampung curah hujan
6. Adanya sinkronisasi dan keterpaduan
multi pihak dalam penanangan banjir
7. Adanya data potensi dan peningkatan
kapasitas relawan penanganan banjir sehingga memenuhi standard kompentensi
8. Perlu ada peta rawan bencana berbasis
desa
9. Membentuk desa Tangguh di setiap desa
Rawan Bencana
10.SMS Center di BPBD sebagai pusat
informasi
11. Segera membentuk Tim Reaksi Cepat
12. Sosialisasi tetant
petingnya meminimalisasi resiko bbencana dengan sadar lingkungan , pelatihan
kepada masyarakat
Tags:
Yayasan Lestari Indonesia, Yayasan Lestari Indonesia Yogyakarta, Lestari Indonesia Yogyakarta, NGO Yogyakarta, Sungai Benagan Solo, Banjir Sungai Bengawan Solo, Kesiapsiagaan Bencana